Monday, August 3, 2020

Makalah isu terkait sdm dalam organisasi ( work stress : tinjauan teoritis dan pengaruhnya terhadap kinerja individu dan organisasi )

BAB I

PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang

Dalam lingkungan kerja, setiap karyawan dituntut untuk dapat melaksanakan pekerjaan sesuai dengan jabatan yang dipegang dan beradaptası dengan lingkungan serta rekan kerja yang memilikı karakter berbeda-beda. Interaksi antar individu dalam lingkungan kerja dapat menimbulkan dampak negatif yang memicu terjadinya konflik dan masalah dalam pekerjaan dan dampak positif yaitu terciptanya kondisi lingkungan kerja yang dinamis karena adanya penyesuaian terhadap tantangan dalam lingkungan internal organisası dan eksternal karena pengaruh globalısası. ledakan informasi melalui teknologi, obsesi kualitas, dan diversitas yang dapat menimbulkan terjadinya konflik ditempat kerja.

Konflik di tempat kerja, pemberian beban kerja yang terlalu berlebihan terhadap karyawan dapat menimbulkan stres yang berkepanjangan, yaitu kondisi atau keadaan yang tidak menyenangkan yang di hadapi oleh setiap orang baik secara fisik maupun mental. Stres di lingkungan kerja dapat terjadi pada setiap level manajemen mulai dari top of management sampai pada karyawan biasa dan memberikan pengaruh buruk terhadap kinerja individu yang berdampak negatif terhadap kinerja perusahaan.

Stres memiliki arti yang berbeda pada tiap individu tergantung pada bagaimana individu tersebut merespon masalah yang dihadapi baik berkaitan dengan beban kerja maupun lingkungan kerja. Kadangkala seseorang menciptakan suatu kesulitan tanpa diketahui bahwa kesulitan tersebut ada, misalnya adanya respon negatif yang berlebihan dari seorang karyawan ketika ia menerima setiap tugas yang diberikan. Reaksi negatif dengan menganggap bahwa ia memiliki keterbatasan atau tidak memiliki kemampuan menyelesaikan tugas dengan baik akan memicu perasaan stres dalam diri karyawan dalam wujud stimulus dan response.

B.       Rumusan Masalah

1.      Jelaskan Pengertian Work Stress

2.      Faktor Faktor Penyebab Stres ( Work Stressor)

3.      Pengaruh stres terhadap kinerja individu : bukti empiris

4.      Dampak negatif dan positif adanya stres terhadap performance individu dan organisasi

C.       Tujuan Penulisan

1.    Dapat mengetahui pengertian work stress

2.    Dapat mengetahui faktor faktor penyebab stres ( work stressor)

3.    Dapat mengetahui pengaruh stres terhadap kinerja individu : bukti empiris

4.    Dapat mengetahui dampak negatif dan positif adanya stres terhadap performance individu dan organisasi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.       Pengertian Work Stress

Beberapa pengertian stres yang dijabarkan oleh para penulis yang pada dasarnya memiliki arti atau makna yang sama. Ivancevich, Gibson, Donnely (Ivancevich, 1997) merumuskan stresn sebagai suatu tanggapan penyesuaian yang dilatarbelakangi oleh perbedaan individu atau proses psikologi yang merupakan konsekuensi setiap tindakan dari luar (lingkungan), situasi, peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis/fisik yang berlebihan kepada seseorang. Beehr and Newman (1979) memiliki pandangan lain yang meninjau dari sudut interaksi antara individu dan lingkungan, mereka mendefinisikan stres sebagai suatu kondisi dimana terdapat interaksi antara seseorang dengan pekerjaannya dan dikarakterisasikan oleh perubahan dalam diri seseorang yang memaksa mereka untuk menyimpang.

Penulis lain yaitu Mc. Grant (1977) mendefinisikan stres sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan sebagai akibat seseorang menghadapi ketidakpastian apakah dia dapat mengatasi tantangan terhadap nilai-nilai yang penting. Dalam definisi tersebut terdapat tiga komponen penting yaitu tantangan yang dirasakan (perceive challenge) yang timbul akibat interaksi seseorang dengan persepsi mereka terhadap lingkungan, nilai- nilai penting (important value) timbul karena seseorang mengalami kejadian, namun hal tersebut dianggap tidak penting sehingga tidak menimbulkan stress, dan ketidakpastian resolusi (uncertainity resolution) terjadi bila seseorang menginterpretasikan situasi bahwa ada kemungkinan untuk sukses dalam menghadapi suatu tantangan. Secara umum dapat disimpulkan bahwa stres merupakan respon seseorang terhadap suatu hal yang ia hadapi baik dalam hal interaksi dengan orang lain maupun terhadap pekerjaan, lingkungan, dan kejadian yang menuntut perhatian yang dapat membawa dampak positif atau negatif terhadap seseorang.

B.       Faktor Faktor Penyebab Stres ( Work Stressor)

Stres yang dialami individu dalam lingkungan kerjanya seringkali dipicu oleh hal-hal yang berasal dari dalam diri individu (internal factor) dan dari luar (external factor) yang membawa konsekuensi berbeda bagi masing-masing individu tergantung bagaimana mereka merespon penyebab stres.

Beberapa faktor penyebab stres yaitu :

1)        Stessor dari luar organisasi (extra organizational stressor) yang meliputi perubahan sosial dan teknologi yang mengakibatkan perubahaan life style masyarakat, perubahan ekonomi dan finansial mempengaruhi pola kerja seseorang yang pada kondisi kurang menguntungkan menuntut seseorang untuk mencari the second job, serta faktor lain yaitu kondisi masyarakat relokasi dan kondisi keluarga.

2)        Stressor dari dalam organisasi (organizational stressor) yang meliputi kondisi kebijakan dan strategi administrasi, struktur dan desain organisasi, proses organisasi, dan kondisi lingkungan kerja.

3)        Stessor dari kelompok dalam organisasi (group stressor) timbul akibat kurangnya kesatuan dalam pelaksanaan tugas kerja terutama terjadi pada level bawah, kurangnya dukungan dari atasan dalam melaksanakan tugas yang dibebankan, munculnya konflik antar personal, interpersonal, dan antar kelompok.

4)        Stressor dari dalam diri individu (individual stressor) yang muncul akibat role ambiguity and conflict, beban kerja yang terlalu berat, dan kurangnya pengawasan dari pihak perusahaan.

C.      Pengaruh Stres terhadap Kinerja Individu : Bukti Empiris

Beberapa studi empiris telah dilakukan untuk mengetahui penyebab stres (stressor) dan akibatnya terhadap kinerja individu maupun organisasi serta usaha tiap individu untuk mengatasi masalah tersebut.

Metode yang biasa dipakai dalam riset tersebut meliputi close ended method (metode kuantitatif) yang bertujuan untuk mengukur perbedaan aspek penyebab stres dan dilakukan dengan cara menanyai responden terhadap kondisi stres di tempat kerja melalui kuesioner.

Metode yang kedua adalah open ended method (metode kualitatif) yang bertujuan untuk menguji validitas hubungan stres dengan stressor. Pada bagian ini penulis secara terinci mengemukakan beberapa studi empiris yang telah dilakukan dan berkaitan erat dengan topik yang menjadi fokus dalam tulisan ini yaitu penyebab stres dan akibatnya serta usaha tiap individu untuk mengatasi masalah tersebut.

Narayanan, Menon, dan Spector (1999), melakukan riset tentang stres dalam tempat kerja berdasarkan gender dan jenis pekerjaan yaitu juru tulis (clerical), professor yang bekerja di dunia akademisi (universities profesors), dan salesman (sales associates) dengan menggunakan open ended technique, disimpulkan bahwa konflik antar individu ( interpersonal conflict ), beban kerja yang berlebihan ( work overload ), dan time wasters merupakan penyebab stres yang paling banyak berperan pada semua jenis pekerjaan yang diteliti. Dari sudut pandang gender ditemukan bahwa perempuan lebih cepat mengalami stres dari pada kaum pria karena perempuan menjalankan peran ganda di kantor maupun dalam rumah tangganya.

Cooper dan Davidson (1982), melakukan riset tentang stressor pada 500 manajer wanita di Inggris dan membandingkan dengan manajer pria di British Administrative Staff College (Cooper dan Melhuish : 1970), menyimpulkan bahwa para manajer yang memiliki beban kerja berlebihan tanpa disertai lingkungan kerja yang kondusif dan ditambah beban masalah keluarga, akan mempermudah terjadinya stres yang berakibat pada gangguan kesehatan fisik seperti penyakit jantung koroner maupun pada kesehatan mental (mental ill health).

Jick dan Mitz (1985) menarik kesimpulan dari sejumlah penelitian tentang stres berdasarkan perbedaan gender bahwa terdapat beberapa variabel gejala stres antara pria dan wanita yang menyangkut genetik dan faktor biologis sebagai struktur dan aspek psikologi sosial, dan mengajukan suatu rancangan konseptual untuk menjelaskan hubungan antara gender dan stres yang didasarkan pada variabel tersebut, sedangkan Rob B. Briner dan Shirley Reynolds (1999) menyimpulkan bahwa perilaku dan tindakan karyawan seperti kurang baiknya performance karyawan, tingkat absensi tinggi, dan tingkat turnover tinggi, muncul akibat organizational stress dan perlu intervensi dari pihak pengurus organisasi untuk mengurangi stress, salah satunya adalah dengan job redesign untuk mengurangi atau mengeleminir gejala diatas.

D.      Dampak Negatif dan Positif Adanya Stres terhadap performance Individu dan Organisasi

Pada bagian sebelumnya penulis sudah memberikan gambaran secara rinci mengenai work stress baik dari sisi penyebab stres (stressor) dan akibat yang ditimbulkan (stress consequence), program pencegahan dan pengelolahan stres (stress prevention and management), hingga beberapa bukti empiris tentang pengaruh adanya stres di tempat kerja terhadap kinerja individu. Pada bagian selanjutnya akan mengulas dampak negatif maupun positif adanya stressor dan timbulnya stres dalam diri individu terhadap kinerja individu dan organisasi.

Stres dalam lingkungan kerja yang ditimbulkan oleh beban kerja yang terlalu berat, masalah keluarga, maupun masalah hubungan kerjasama dengan rekan sekerja dan atasan dalam suatu organisasi pasti pernah dialami oleh setiap individu dalam suatu organisasi pada level manajemen atas hingga bawah baik pria maupun wanita. Work stressor berbeda-beda untuk setiap jenis pekerjaan, tiap level manajemen, dan untuk gender yang berbeda. Level manajemen bawah akan lebih sedikit mengalami stres dibanding level manajemen atas yang memiliki tanggung jawab dan beban kerja lebih banyak. Sedangkan dalam perspektif gender, kaum wanita akan lebih mudah mengalami stres dalam lingkungan kerja dibandingkan pria karena wanita khususnya yang sudah menikah memiliki peran ganda baik dikantor maupum dalam rumah tangga dan disisi lain wanita cenderung lebih memiliki perasaan sensitif dibandingkan pria oleh karenanya interpersonal conflict dan respectovely senantiasa menjadi pemicu stres pada golongan wanita.

Berdasarkan ulasan dan kesimpulan yang ditarik dari berbagai hasil riset terdahulu, stres dilihat sebagai satu faktor negatif yang menyebabkan munculnya masalah-masalah yang menghambat perkembangan karir pada masing-masing individu karena dihadapkan pada gangguan atau masalah psikologi, fisiologi, perilaku (behavior), kognitif, maupun organisasi. Sedangkan disisi lain stres justru bisa dijadikan sebagai motivator dalam mengembangkan karir. Hubungan stressor dengan karir dapat dijelaskan melalui skema di bawah ini:

Gambar 1. Dampak Stress terhadap Kesehatan dan Karir

Kompresor

- Ekstra organisasional

- Organisasi

- Kelompok

Perbedaan individual

-          Persepsi

-          Pengalaman kerja

-          Dukungan sosial

-          Percaya pada lokus

-          Kontrol

-          Permusuhan

-          Gender

Stres

Menurun

Kesehatan

Karir

Fisik

Penyakit

Meningkat

Mental

Perilaku dan kognitif

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Stres dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif. Dampak negatif ditinjau dari efek stres terhadap kesehatan yaitu menyebabkan gangguan baik mental (kognitif dan perilaku) maupun fisik yang menyerang stabilitas fungsi kerja organ tubuh. Selain itu stres memberi dampak negatif pada karir karena bila stres berdampak pada penurunan stabilitas dan daya tahan tubuh maka kinerja individu akan menurun dan menghambat karir mereka, tetapi disisi lain adanya stres juga akan memicu perkembangan karir karena stressor bisa digunakan sebagai motivator juga untuk memacu peningkatan kinerja karyawan. Suatu contoh adalah dengan adanya stressor yaitu beban dan tanggung jawab yang besar serta berbagai masalah yang berhubungan dengan keluarga yaitu masalah perekonomian keluarga dapat memicu seseorang untuk berprestasi lebih baik dari sebelumnya sehingga jenjang karierpun meningkat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa efek stres terhadap individu, apakah memberikan dampak negatif atau positif adalah sepenuhnya tergantung pada respon individu dalam menghadapi setiap masalah dalam pekerjaan yang ada.

Terkait dengan masalah diatas maka organisasi sangat perlu untuk mengadakan program pengelolaan stres seperti dijelaskan sebelumnya. Pemilihan strategi dalam melaksanakan program pengelolaan stress pada karyawan harus didasarkan pada pertimbangan lingkungan kerja. Melalui program tersebut setiap individu diharapkan mampu menangani setiap masalah yang ada sehingga dapat mengurangi dan mencegah dampak negatif yang ditimbulkan oleh stres. Dengan teratasinya masalah pengaruh negatif stres pada individu diharapkan perusahaan dapat meningkatkan performance nya karena modal utama peningkatan kinerja perusahaan adalah peningkatan kinerja individu yang terlibat dalam organisasi yang berperan secara langsung dalam mengatur setiap kegiatan dalam organisasi.

 

 

BAB III

PENUTUP

 

A.       Kesimpulan

          Stres merupakan satu masalah yang tidak dapat dihindari oleh setiap orang dan seringkali banyak memberikan efek negatif baik terhadap kesehatan maupun karir seseorang, tetapi stres bisa menjadi suatu hal yang positif dalam peningkatan karir seseorang, tergantung dari respon masing-masing individu menghadapi stressor yang ada, apakah stressor tersebut dianggap sebagai motivator untuk meningkatkan kinerja individu yang merupakan sumber baik buruknya kinerja organisasi atau sebagai penghambat dalam peningkatan kinerja individu maupun organisasi akibat efek negatif yang ditimbulkan oleh stressor.

          Akibat stres (stress consequence) terhadap individu sangat dipengaruhi oleh jenis pekerjaan, gender, pada level managemen mana individu tersebut terlibat dalam aktivitas kerja. Dengan adanya efek positif stres tersebut sangat perlu bagi perusahaan untuk mengadakan pengelolaan stres dengan agar stressor dapat menimbulkan efek positif dengan cara menciptakan lingkungan kerja yang kondusif sehingga tercipta kepuasan kerja pada setiap individu dalam organisasi.

B.       Saran

Dalam makalah ini penulis menyarankan agar manajemen sumber daya manusia hendaknya di jalankan dengan sebaik mungkin, mengingat begitu pentingnya peran dan fungsi manajemen sumber daya manusia, serta perkembangan psikologi manusia perlu menjadi perhatian utama bagi manajer sumber daya manusia dalam rangka melakukan manajemen dalam organisasi.

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

Briner, R.B. and Reynolds, S. 1999. The Cost, Benefit, and Limitations of of Organizational Level Stress Organizational Behavior, pp.647-664.

Cooper, C.L. and Davidson, M. 1982. The High Cost of stress on Woman Manager, Journal of Organizational Behavior, pp.44-53.

Edelmann, R.J. 1997. Interpersonal Conflict at Work. Penerbit Kanisius Yogyakarta.

Gibson, J.L., Ivancevich J.M., Donnelly, J.H. 1996. Organisasi : Perilaku Struktur, Proses. Edisi Kedelapan, Penerbit Binarupa Aksara.

Newman, J.E. and Beehr T.A. 1979. Personal and Organizational Strategis for Handling Job Stress A review of research and opinion, Personel Psychology, pp 1-43 Graw Hill.

Robins, S.P., 2001. Organizational Behavior, Ninth Edition. Prentice Hall International.

Schermerhorn, 2000. Organizational Behavior , Seventh Edition, John Wiley and Sons.

 

 

 

 

 


No comments:

Post a Comment