BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam lingkungan kerja,
setiap karyawan dituntut untuk dapat melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
jabatan yang dipegang dan beradaptası dengan lingkungan serta rekan kerja yang
memilikı karakter berbeda-beda. Interaksi antar individu dalam lingkungan kerja
dapat menimbulkan dampak negatif yang memicu terjadinya konflik dan masalah
dalam pekerjaan dan dampak positif yaitu terciptanya kondisi lingkungan kerja
yang dinamis karena adanya penyesuaian terhadap tantangan dalam lingkungan
internal organisası dan eksternal karena pengaruh globalısası. ledakan
informasi melalui teknologi, obsesi kualitas, dan diversitas yang dapat
menimbulkan terjadinya konflik ditempat kerja.
Konflik di tempat kerja,
pemberian beban kerja yang terlalu berlebihan terhadap karyawan dapat
menimbulkan stres yang berkepanjangan, yaitu kondisi atau keadaan yang tidak
menyenangkan yang di hadapi oleh setiap orang baik secara fisik maupun mental.
Stres di lingkungan kerja dapat terjadi pada setiap level manajemen mulai dari top
of management sampai pada karyawan biasa dan memberikan pengaruh buruk
terhadap kinerja individu yang berdampak negatif terhadap kinerja perusahaan.
Stres memiliki arti yang
berbeda pada tiap individu tergantung pada bagaimana individu tersebut merespon
masalah yang dihadapi baik berkaitan dengan beban kerja maupun lingkungan
kerja. Kadangkala seseorang menciptakan suatu kesulitan tanpa diketahui bahwa
kesulitan tersebut ada, misalnya adanya respon negatif yang berlebihan dari
seorang karyawan ketika ia menerima setiap tugas yang diberikan. Reaksi negatif
dengan menganggap bahwa ia memiliki keterbatasan atau tidak memiliki kemampuan
menyelesaikan tugas dengan baik akan memicu perasaan stres dalam diri karyawan
dalam wujud stimulus dan response.
B. Rumusan Masalah
1.
Jelaskan Pengertian Work Stress
2. Faktor Faktor Penyebab Stres ( Work Stressor)
3. Pengaruh stres terhadap kinerja individu : bukti empiris
4. Dampak negatif dan positif adanya stres terhadap
performance individu dan organisasi
C.
Tujuan Penulisan
1. Dapat
mengetahui pengertian work stress
2. Dapat
mengetahui faktor faktor penyebab stres ( work stressor)
3. Dapat
mengetahui pengaruh stres terhadap kinerja individu : bukti empiris
4. Dapat
mengetahui dampak negatif dan positif adanya stres terhadap
performance individu dan organisasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Work Stress
Beberapa pengertian stres yang
dijabarkan oleh para penulis yang pada dasarnya memiliki arti atau makna yang
sama. Ivancevich, Gibson, Donnely (Ivancevich, 1997) merumuskan stresn sebagai
suatu tanggapan penyesuaian yang dilatarbelakangi oleh perbedaan individu atau
proses psikologi yang merupakan konsekuensi setiap tindakan dari luar
(lingkungan), situasi, peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis/fisik
yang berlebihan kepada seseorang. Beehr and Newman (1979) memiliki pandangan
lain yang meninjau dari sudut interaksi antara individu dan lingkungan, mereka
mendefinisikan stres sebagai suatu kondisi dimana terdapat interaksi antara
seseorang dengan pekerjaannya dan dikarakterisasikan oleh perubahan dalam diri
seseorang yang memaksa mereka untuk menyimpang.
Penulis lain yaitu Mc. Grant (1977)
mendefinisikan stres sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan sebagai
akibat seseorang menghadapi ketidakpastian apakah dia dapat mengatasi tantangan
terhadap nilai-nilai yang penting. Dalam definisi tersebut terdapat tiga
komponen penting yaitu tantangan yang dirasakan (perceive challenge) yang
timbul akibat interaksi seseorang dengan persepsi mereka terhadap lingkungan,
nilai- nilai penting (important value) timbul karena seseorang mengalami
kejadian, namun hal tersebut dianggap tidak penting sehingga tidak menimbulkan
stress, dan ketidakpastian resolusi (uncertainity resolution) terjadi bila
seseorang menginterpretasikan situasi bahwa ada kemungkinan untuk sukses dalam
menghadapi suatu tantangan. Secara umum dapat disimpulkan bahwa stres merupakan
respon seseorang terhadap suatu hal yang ia hadapi baik dalam hal interaksi
dengan orang lain maupun terhadap pekerjaan, lingkungan, dan kejadian yang
menuntut perhatian yang dapat membawa dampak positif atau negatif terhadap
seseorang.
B. Faktor Faktor Penyebab Stres ( Work Stressor)
Stres yang dialami individu
dalam lingkungan kerjanya seringkali dipicu oleh hal-hal yang berasal dari
dalam diri individu (internal factor) dan dari luar (external factor) yang
membawa konsekuensi berbeda bagi masing-masing individu tergantung bagaimana mereka
merespon penyebab stres.
Beberapa faktor penyebab
stres yaitu :
1)
Stessor dari luar organisasi
(extra organizational stressor) yang meliputi perubahan sosial dan teknologi
yang mengakibatkan perubahaan life style masyarakat, perubahan ekonomi dan finansial
mempengaruhi pola kerja seseorang yang pada kondisi kurang menguntungkan
menuntut seseorang untuk mencari the second job, serta faktor lain yaitu
kondisi masyarakat relokasi dan kondisi keluarga.
2)
Stressor dari dalam
organisasi (organizational stressor) yang meliputi kondisi kebijakan dan
strategi administrasi, struktur dan desain organisasi, proses organisasi, dan
kondisi lingkungan kerja.
3)
Stessor dari kelompok dalam
organisasi (group stressor) timbul akibat kurangnya kesatuan dalam pelaksanaan
tugas kerja terutama terjadi pada level bawah, kurangnya dukungan dari atasan
dalam melaksanakan tugas yang dibebankan, munculnya konflik antar personal,
interpersonal, dan antar kelompok.
4)
Stressor dari dalam diri
individu (individual stressor) yang muncul akibat role ambiguity and conflict,
beban kerja yang terlalu berat, dan kurangnya pengawasan dari pihak perusahaan.
C. Pengaruh Stres terhadap Kinerja Individu : Bukti Empiris
Beberapa studi empiris telah
dilakukan untuk mengetahui penyebab stres (stressor) dan akibatnya terhadap
kinerja individu maupun organisasi serta usaha tiap individu untuk mengatasi
masalah tersebut.
Metode yang biasa dipakai
dalam riset tersebut meliputi close ended method (metode kuantitatif)
yang bertujuan untuk mengukur perbedaan aspek penyebab stres dan dilakukan
dengan cara menanyai responden terhadap kondisi stres di tempat kerja melalui
kuesioner.
Metode yang kedua adalah open
ended method (metode kualitatif) yang bertujuan untuk menguji validitas
hubungan stres dengan stressor. Pada bagian ini penulis secara terinci
mengemukakan beberapa studi empiris yang telah dilakukan dan berkaitan erat
dengan topik yang menjadi fokus dalam tulisan ini yaitu penyebab stres dan akibatnya
serta usaha tiap individu untuk mengatasi masalah tersebut.
Narayanan, Menon, dan Spector
(1999), melakukan riset tentang stres dalam tempat kerja berdasarkan gender dan
jenis pekerjaan yaitu juru tulis (clerical), professor yang bekerja di dunia akademisi
(universities profesors), dan salesman (sales associates) dengan
menggunakan open ended technique, disimpulkan bahwa konflik antar
individu ( interpersonal conflict ), beban kerja yang berlebihan ( work
overload ), dan time wasters merupakan penyebab stres yang paling
banyak berperan pada semua jenis pekerjaan yang diteliti. Dari sudut pandang gender
ditemukan bahwa perempuan lebih cepat mengalami stres dari pada kaum pria
karena perempuan menjalankan peran ganda di kantor maupun dalam rumah tangganya.
Cooper dan Davidson (1982),
melakukan riset tentang stressor pada 500 manajer wanita di Inggris dan
membandingkan dengan manajer pria di British Administrative Staff College
(Cooper dan Melhuish : 1970), menyimpulkan bahwa para manajer yang memiliki beban
kerja berlebihan tanpa disertai lingkungan kerja yang kondusif dan ditambah
beban masalah keluarga, akan mempermudah terjadinya stres yang berakibat pada
gangguan kesehatan fisik seperti penyakit jantung koroner maupun pada kesehatan
mental (mental ill health).
Jick dan Mitz (1985) menarik
kesimpulan dari sejumlah penelitian tentang stres berdasarkan perbedaan gender
bahwa terdapat beberapa variabel gejala stres antara pria dan wanita yang
menyangkut genetik dan faktor biologis sebagai struktur dan aspek psikologi
sosial, dan mengajukan suatu rancangan konseptual untuk menjelaskan hubungan
antara gender dan stres yang didasarkan pada variabel tersebut, sedangkan Rob
B. Briner dan Shirley Reynolds (1999) menyimpulkan bahwa perilaku dan tindakan
karyawan seperti kurang baiknya performance karyawan, tingkat absensi tinggi,
dan tingkat turnover tinggi, muncul akibat organizational stress dan perlu
intervensi dari pihak pengurus organisasi untuk mengurangi stress, salah
satunya adalah dengan job redesign untuk mengurangi atau mengeleminir gejala
diatas.
D. Dampak Negatif dan Positif Adanya Stres terhadap
performance Individu dan Organisasi
Pada bagian sebelumnya
penulis sudah memberikan gambaran secara rinci mengenai work stress baik dari
sisi penyebab stres (stressor) dan akibat yang ditimbulkan (stress
consequence), program pencegahan dan pengelolahan stres (stress prevention and
management), hingga beberapa bukti empiris tentang pengaruh adanya stres di
tempat kerja terhadap kinerja individu. Pada bagian selanjutnya akan mengulas
dampak negatif maupun positif adanya stressor dan timbulnya stres dalam diri
individu terhadap kinerja individu dan organisasi.
Stres dalam lingkungan kerja
yang ditimbulkan oleh beban kerja yang terlalu berat, masalah keluarga, maupun
masalah hubungan kerjasama dengan rekan sekerja dan atasan dalam suatu
organisasi pasti pernah dialami oleh setiap individu dalam suatu organisasi
pada level manajemen atas hingga bawah baik pria maupun wanita. Work stressor
berbeda-beda untuk setiap jenis pekerjaan, tiap level manajemen, dan untuk
gender yang berbeda. Level manajemen bawah akan lebih sedikit mengalami stres
dibanding level manajemen atas yang memiliki tanggung jawab dan beban kerja
lebih banyak. Sedangkan dalam perspektif gender, kaum wanita akan lebih mudah
mengalami stres dalam lingkungan kerja dibandingkan pria karena wanita
khususnya yang sudah menikah memiliki peran ganda baik dikantor maupum dalam
rumah tangga dan disisi lain wanita cenderung lebih memiliki perasaan sensitif
dibandingkan pria oleh karenanya interpersonal conflict dan respectovely
senantiasa menjadi pemicu stres pada golongan wanita.
Berdasarkan ulasan dan
kesimpulan yang ditarik dari berbagai hasil riset terdahulu, stres dilihat
sebagai satu faktor negatif yang menyebabkan munculnya masalah-masalah yang
menghambat perkembangan karir pada masing-masing individu karena dihadapkan
pada gangguan atau masalah psikologi, fisiologi, perilaku (behavior), kognitif,
maupun organisasi. Sedangkan disisi lain stres justru bisa dijadikan sebagai
motivator dalam mengembangkan karir. Hubungan stressor dengan karir dapat
dijelaskan melalui skema di bawah ini:
Gambar 1. Dampak Stress terhadap Kesehatan dan Karir
Kompresor - Ekstra organisasional - Organisasi - Kelompok Perbedaan individual -
Persepsi -
Pengalaman kerja -
Dukungan sosial -
Percaya pada lokus -
Kontrol -
Permusuhan -
Gender Stres Menurun Kesehatan Karir Fisik Penyakit Meningkat Mental Perilaku dan kognitif
Stres dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif. Dampak negatif
ditinjau dari efek stres terhadap kesehatan yaitu menyebabkan gangguan baik
mental (kognitif dan perilaku) maupun fisik yang menyerang stabilitas fungsi
kerja organ tubuh. Selain itu stres memberi dampak negatif pada karir karena
bila stres berdampak pada penurunan stabilitas dan daya tahan tubuh maka
kinerja individu akan menurun dan menghambat karir mereka, tetapi disisi lain
adanya stres juga akan memicu perkembangan karir karena stressor bisa digunakan
sebagai motivator juga untuk memacu peningkatan kinerja karyawan. Suatu contoh
adalah dengan adanya stressor yaitu beban dan tanggung jawab yang besar serta
berbagai masalah yang berhubungan dengan keluarga yaitu masalah perekonomian
keluarga dapat memicu seseorang untuk berprestasi lebih baik dari sebelumnya
sehingga jenjang karierpun meningkat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
efek stres terhadap individu, apakah memberikan dampak negatif atau positif
adalah sepenuhnya tergantung pada respon individu dalam menghadapi setiap
masalah dalam pekerjaan yang ada.
Terkait dengan masalah diatas maka organisasi sangat perlu untuk mengadakan
program pengelolaan stres seperti dijelaskan sebelumnya. Pemilihan strategi
dalam melaksanakan program pengelolaan stress pada karyawan harus didasarkan
pada pertimbangan lingkungan kerja. Melalui program tersebut setiap individu
diharapkan mampu menangani setiap masalah yang ada sehingga dapat mengurangi
dan mencegah dampak negatif yang ditimbulkan oleh stres. Dengan teratasinya
masalah pengaruh negatif stres pada individu diharapkan perusahaan dapat
meningkatkan performance nya karena modal utama peningkatan kinerja perusahaan
adalah peningkatan kinerja individu yang terlibat dalam organisasi yang berperan
secara langsung dalam mengatur setiap kegiatan dalam organisasi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Stres merupakan satu masalah yang tidak
dapat dihindari oleh setiap orang dan seringkali banyak memberikan efek negatif
baik terhadap kesehatan maupun karir seseorang, tetapi stres bisa menjadi suatu
hal yang positif dalam peningkatan karir seseorang, tergantung dari respon
masing-masing individu menghadapi stressor yang ada, apakah stressor tersebut
dianggap sebagai motivator untuk meningkatkan kinerja individu yang merupakan
sumber baik buruknya kinerja organisasi atau sebagai penghambat dalam
peningkatan kinerja individu maupun organisasi akibat efek negatif yang
ditimbulkan oleh stressor.
Akibat stres (stress consequence) terhadap individu sangat
dipengaruhi oleh jenis pekerjaan, gender, pada level managemen mana individu
tersebut terlibat dalam aktivitas kerja. Dengan adanya efek positif stres
tersebut sangat perlu bagi perusahaan untuk mengadakan pengelolaan stres dengan
agar stressor dapat menimbulkan efek positif dengan cara menciptakan lingkungan
kerja yang kondusif sehingga tercipta kepuasan kerja pada setiap individu dalam
organisasi.
B. Saran
Dalam makalah ini penulis
menyarankan agar manajemen sumber daya manusia hendaknya di jalankan dengan
sebaik mungkin, mengingat begitu pentingnya peran dan fungsi manajemen sumber
daya manusia, serta perkembangan psikologi manusia perlu menjadi perhatian
utama bagi manajer sumber daya manusia dalam rangka melakukan manajemen dalam
organisasi.
Daftar Pustaka
Briner, R.B. and Reynolds, S. 1999. The Cost,
Benefit, and Limitations of of Organizational Level Stress Organizational
Behavior, pp.647-664.
Cooper, C.L. and Davidson, M. 1982. The High
Cost of stress on Woman Manager, Journal of Organizational Behavior, pp.44-53.
Edelmann, R.J. 1997. Interpersonal Conflict at
Work. Penerbit Kanisius Yogyakarta.
Gibson, J.L., Ivancevich J.M., Donnelly, J.H.
1996. Organisasi : Perilaku Struktur, Proses. Edisi Kedelapan, Penerbit
Binarupa Aksara.
Newman, J.E. and Beehr T.A. 1979. Personal and
Organizational Strategis for Handling Job Stress A review of research and
opinion, Personel Psychology, pp 1-43 Graw Hill.
Robins, S.P., 2001. Organizational Behavior,
Ninth Edition. Prentice Hall International.
Schermerhorn, 2000. Organizational Behavior ,
Seventh Edition, John Wiley and Sons.
No comments:
Post a Comment