LATAR BELAKANG BERDIRINYA MUHAMMADIYAH
Berdirinya muhammadiyah pada awal abad kedua puluh ini, tidak
terlapas dari latar belakang tertentu. Latar belakang tersebut kalau
diklasifikasikan terbagi menjadi dua bagian, yaitu latar belakang yang
merupakan faktor subyektif dan latar belakang yang merupakan faktor obyektif.
Yang terakhir ini masih di bagi menjadi faktor intern ( indonesia ) dan faktor
ekster ( luar negeri )
a. Faktor subyektif Yang termasuk faktor subyektif ini adalah
faktor pribadi pendiri muhammadiyah yaitu KH.A.Dahlan. Kelahiran muhammadiyah
tidak dapat dilepaskan dari pribadi KH.A.Dahlan pemahaman KH.A.Dahlan terhadap
agama islam yang mendalam dan yang luas, merupakan pendorong pendiriaan
muhammadiyah, apa lagi kenyataanya beliau melihat, bahwa praktek pelajaran
agama islam di indonesia masih banyak yang belum seseuai dengan apa yang telah
di pahaminya. Menurut KH.A.Dahlan usaha – usaha untuk membawa umat ialsm agar
menjalankan syariat islam sesuai dengan tuntunan yang diajarkan oleh nabi
Muhammad SAW harus dilakukan secar bersama – sama oleh sekelompok orang sesuai
yang dianjurkan surat Ali Immron 104. Pemikiran KH A.Dahlan yang cemerlang
tersebut tidak terlepas dari kehidupan pribadinya yang diuraikan secara singkat
sebagai berikut : K.H.A Dahlan dilahirkan pada tahun1868 dikampung Kauman
Yogyakarta.Kampung ini dikenal sebagai tempat bermukimnya orang-orang alim yang
taat menjalankan agama Islam . Pada masa kecil K.H.A.Dahlan diisinya dengan
belajar agama pada orang tuanya atau guru-guru lain,hingga pada umurnya yang ke
15,ayahnya H.Abu Bakar mengirimnya ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji dan
melanjutkan pengajiannya. Setelah sekitar 4 tahun di Mekkah ia kembali ke Tanah
Air, dan melihat kenyataan bahwa praktek pelaksaan Islam banyak yang tidak
sesuai dengan apa yang telah dipelajarinya.Hakekat kenyataan seperti itu
,walaupun selain baru pulang dari luar negeri,tidak serta mencelanya, malah
tetap mengaji dan berdiskusinai mengenai hal itu kepada guru-guru yang lebih
tua.Akhirnya beliau bertemu dengan Syeh Syurkati seorang tokoh Jamiatul Khoir
dan menyarankan kepada K.H.A.Dahlan kembali ke Mekkah untuk mendalami lagi
agama Islam yang telah dipelajarinya itu.Pada waktu beliau kembali lagi ke
Mekkah ,disana telah banyak terjadi perubahan dan sedang berkembang aliran
pembaharuan yang dipelopori oleh Muhammad Ibnu Abdul Wahab. K.H.A. Dahlan lalu
mempelajari buku-buku tokoh-tokoh pembaharu tersebut dan berkesimpulan , bahwa
penyebaran ajaran Islam harus dilaksanakan dengan perjuangan. Kembali ke Tanah
Air K.H.A. Dahlan mengajak teman-temannya untuk melaksanakan ide-idenya yang
lalu,yaitu memperjuangkan agar ajaran Islam dilaksanakan oleh umat Islam secara
murni lalu lahirlah Muhammadyah.
Kelompok 10
(
MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN DAKWAH DAN AMAR MAKRUF NAHY MUNGKAR )
Pengertian
Muhammadiyah Sebagai Gerakan Dakwah dan Amar Makruf Nahy Mungkar
Pengertian
Muhammadiyah Sebagai Gerakan Dakwah
Muhammadiyah
sebagai gerakan dakwah, artinya Muhammadiyah mengajak dan menyeru umat manusia kepada
ajaran Islam dan melaksanakannya dalam kehidupan nyata. Dakwah menurut K.H. Ahmad
Dahlan adalah kewajiban setiap individu, karena dakwah merupakan tuntutan ajaran
Islam. dalam pengertian rekonstruksi sosial meliputi seluruh aspek kehidupan, ekonomi,
politik, sosial dan budaya. Di samping itu dakwah juga dalam pengertian pembebasan,
yaitu membebaskan umat manusia dari berbagai belenggu penjajahan, penjajahan dari
kekafiran, syirik, kebodohan dan kejumudan.
Dakwah dalam
pengertian ini juga merupakan hasil dari telaah dan pendalaman K.H. Ahmad Dahlan
terhadap firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 104. Bahkan ayat ini merupakan
khittah dan langkah strategis dasar perjuangannya, yaitu mengajak, menyeru kepada
Islam dan mengajak kepada yang makruf dan mencegah perbuatan yang mungkar. oleh
karena itu dakwah Muhammadiyah tidak saja dalam bentuk lisan, tulisan tetapi juga
dalam bentuk dakwah bil hal (perbuatan), maka Muhammadiyah mendirikan sekolah-sekolah,
mulai dari taman-kanak sampai ke Perguruan Tinggi, mulai dari klinik dan rumah bersalin
sampai mendirikan rumah sakit, mulai dari santunan fakir miskin dan anak yatim sampai
mendirikan panti-panti asuhan. Semuanya itu adalah wujud dan manifestasi dari dakwah
Islam dan juga berfungsi sebagai dakwah.
Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid atau
gerakan reformasi, hal ini dibenarkan oleh Bernard Vlekke dan Wertheim misalnya,
yang mengkategorikan Muhammadiyah sebagai gerakan puritan yang menjadikan fokus
utamanya ”Pemurnian atau pembersihan ajaran-ajaran Islam dari sinkritisme dan belenggu
formalisme. Membersihkan pengamalan umat dari syirik dan penyakit TBC (takhyul,
bid’ah dan churafat). Di samping itu, Muhammadiyah juga melakukan pembaharuan, yaitu
pembaharuan dalam pemahaman dan pengamalan Al-Qur an dan As-Sunnah.
Pembaharuan yang dimaksud di sini bukan
bukan memperbaharui substansi, tetapi memperbaharui metode pemahaman dan pengamalan,
seperti penyantunan terhadap fakir miskin, anak yatim, cara pengelolaan zakat, pengelolaan
pendidikan dan rumah sakit, dan lain sebagainya. Untuk membedakan antara keduanya,
tajidid dalam pengertian pemurnian dapat disebut dengan purifikasi, dan tajdid dalam
pengertian pembaharuan disebut dengan reformasi.
Dari uraian di atas dapat dipahami, bahwa
tidaklah mengherankan apa yang dikemukakan oleh A. Mukti Ali bahwa Muhammadiyah
adalah organisasi dzuwujuh (multi dimensi), karena kegiatan-kegiatan Muhammadiyah
hampir meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Di samping itu, Muhammadiyah Muhammadiyah
sampai saat sekarang masih tetap eksis dan tetap berkembang.
No comments:
Post a Comment