Pages

Monday, August 3, 2020

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN ISLAM DAN PENCERAHAN


LATAR BELAKANG BERDIRINYA MUHAMMADIYAH

Berdirinya muhammadiyah pada awal abad kedua puluh ini, tidak terlapas dari latar belakang tertentu. Latar belakang tersebut kalau diklasifikasikan terbagi menjadi dua bagian, yaitu latar belakang yang merupakan faktor subyektif dan latar belakang yang merupakan faktor obyektif. Yang terakhir ini masih di bagi menjadi faktor intern ( indonesia ) dan faktor ekster ( luar negeri )

a. Faktor subyektif Yang termasuk faktor subyektif ini adalah faktor pribadi pendiri muhammadiyah yaitu KH.A.Dahlan. Kelahiran muhammadiyah tidak dapat dilepaskan dari pribadi KH.A.Dahlan pemahaman KH.A.Dahlan terhadap agama islam yang mendalam dan yang luas, merupakan pendorong pendiriaan muhammadiyah, apa lagi kenyataanya beliau melihat, bahwa praktek pelajaran agama islam di indonesia masih banyak yang belum seseuai dengan apa yang telah di pahaminya. Menurut KH.A.Dahlan usaha – usaha untuk membawa umat ialsm agar menjalankan syariat islam sesuai dengan tuntunan yang diajarkan oleh nabi Muhammad SAW harus dilakukan secar bersama – sama oleh sekelompok orang sesuai yang dianjurkan surat Ali Immron 104. Pemikiran KH A.Dahlan yang cemerlang tersebut tidak terlepas dari kehidupan pribadinya yang diuraikan secara singkat sebagai berikut : K.H.A Dahlan dilahirkan pada tahun1868 dikampung Kauman Yogyakarta.Kampung ini dikenal sebagai tempat bermukimnya orang-orang alim yang taat menjalankan agama Islam . Pada masa kecil K.H.A.Dahlan diisinya dengan belajar agama pada orang tuanya atau guru-guru lain,hingga pada umurnya yang ke 15,ayahnya H.Abu Bakar mengirimnya ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji dan melanjutkan pengajiannya. Setelah sekitar 4 tahun di Mekkah ia kembali ke Tanah Air, dan melihat kenyataan bahwa praktek pelaksaan Islam banyak yang tidak sesuai dengan apa yang telah dipelajarinya.Hakekat kenyataan seperti itu ,walaupun selain baru pulang dari luar negeri,tidak serta mencelanya, malah tetap mengaji dan berdiskusinai mengenai hal itu kepada guru-guru yang lebih tua.Akhirnya beliau bertemu dengan Syeh Syurkati seorang tokoh Jamiatul Khoir dan menyarankan kepada K.H.A.Dahlan kembali ke Mekkah untuk mendalami lagi agama Islam yang telah dipelajarinya itu.Pada waktu beliau kembali lagi ke Mekkah ,disana telah banyak terjadi perubahan dan sedang berkembang aliran pembaharuan yang dipelopori oleh Muhammad Ibnu Abdul Wahab. K.H.A. Dahlan lalu mempelajari buku-buku tokoh-tokoh pembaharu tersebut dan berkesimpulan , bahwa penyebaran ajaran Islam harus dilaksanakan dengan perjuangan. Kembali ke Tanah Air K.H.A. Dahlan mengajak teman-temannya untuk melaksanakan ide-idenya yang lalu,yaitu memperjuangkan agar ajaran Islam dilaksanakan oleh umat Islam secara murni lalu lahirlah Muhammadyah.

 

Kelompok 10

( MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN DAKWAH DAN AMAR MAKRUF NAHY MUNGKAR )

Pengertian Muhammadiyah Sebagai Gerakan Dakwah dan Amar Makruf Nahy Mungkar

Pengertian Muhammadiyah Sebagai Gerakan Dakwah

      Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah, artinya Muhammadiyah mengajak dan menyeru umat manusia kepada ajaran Islam dan melaksanakannya dalam kehidupan nyata. Dakwah menurut K.H. Ahmad Dahlan adalah kewajiban setiap individu, karena dakwah merupakan tuntutan ajaran Islam. dalam pengertian rekonstruksi sosial meliputi seluruh aspek kehidupan, ekonomi, politik, sosial dan budaya. Di samping itu dakwah juga dalam pengertian pembebasan, yaitu membebaskan umat manusia dari berbagai belenggu penjajahan, penjajahan dari kekafiran, syirik, kebodohan dan kejumudan.

      Dakwah dalam pengertian ini juga merupakan hasil dari telaah dan pendalaman K.H. Ahmad Dahlan terhadap firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 104. Bahkan ayat ini merupakan khittah dan langkah strategis dasar perjuangannya, yaitu mengajak, menyeru kepada Islam dan mengajak kepada yang makruf dan mencegah perbuatan yang mungkar. oleh karena itu dakwah Muhammadiyah tidak saja dalam bentuk lisan, tulisan tetapi juga dalam bentuk dakwah bil hal (perbuatan), maka Muhammadiyah mendirikan sekolah-sekolah, mulai dari taman-kanak sampai ke Perguruan Tinggi, mulai dari klinik dan rumah bersalin sampai mendirikan rumah sakit, mulai dari santunan fakir miskin dan anak yatim sampai mendirikan panti-panti asuhan. Semuanya itu adalah wujud dan manifestasi dari dakwah Islam dan juga berfungsi sebagai dakwah.

       Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid atau gerakan reformasi, hal ini dibenarkan oleh Bernard Vlekke dan Wertheim misalnya, yang mengkategorikan Muhammadiyah sebagai gerakan puritan yang menjadikan fokus utamanya ”Pemurnian atau pembersihan ajaran-ajaran Islam dari sinkritisme dan belenggu formalisme. Membersihkan pengamalan umat dari syirik dan penyakit TBC (takhyul, bid’ah dan churafat). Di samping itu, Muhammadiyah juga melakukan pembaharuan, yaitu pembaharuan dalam pemahaman dan pengamalan Al-Qur an dan As-Sunnah.

        Pembaharuan yang dimaksud di sini bukan bukan memperbaharui substansi, tetapi memperbaharui metode pemahaman dan pengamalan, seperti penyantunan terhadap fakir miskin, anak yatim, cara pengelolaan zakat, pengelolaan pendidikan dan rumah sakit, dan lain sebagainya. Untuk membedakan antara keduanya, tajidid dalam pengertian pemurnian dapat disebut dengan purifikasi, dan tajdid dalam pengertian pembaharuan disebut dengan reformasi.

         Dari uraian di atas dapat dipahami, bahwa tidaklah mengherankan apa yang dikemukakan oleh A. Mukti Ali bahwa Muhammadiyah adalah organisasi dzuwujuh (multi dimensi), karena kegiatan-kegiatan Muhammadiyah hampir meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Di samping itu, Muhammadiyah Muhammadiyah sampai saat sekarang masih tetap eksis dan tetap berkembang.

 


No comments:

Post a Comment