Kebijakan Publik
( Kebijakan Pengembangan Bali Dan Makassar )
Oleh :
Nama : Nurmayanti
Nim :
105611119417
Kelas : 3e
Jurusan
Ilmu Administrasi Negara
Fakultas
Ilmu Sosial Dan Politik
Universitas
Muhammadiyah Makassar
2018
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN BALI DAN MAKASSAR
Ø Kebijakan Pariwisata Di Bali
Kebijakan
Pemerintah Dalam Perkembangan Pariwisata di BaliBali merupakan daerah tujuan
wisata yang sangat terkenal baik di Indonesia sampai manca negara. Karena
keelokan pulau Bali, keragaman budaya, adat istiadat, masyarakatnya yang ramah
tamah, dan lain-lain. Pada dasarnya bagian-bagian dari gejala pariwisata
terdiri dari 3 unsur yakni : Manusia (unsur insani sebagai pelaku kegiatan
pariwisata), Tempat (unsur fisik sebenarnya tercakup oleh kegiatan itu
sendiri), dan Waktu (unsur tempo yang dihabiskan dalam perjalanan itu sendiri
dan selama berdiam di tempat tujuan). Inilah unsur-unsur yang menjadi
persyaratan terjadinya gejala pariwisata tersebut. Maka dari itu pemerintah melakukan beberapa
cara dan kebijakan-kebijakan untuk perkembangan pariwisata di pulau Bali,
antara lain : perencanaan (planning) daerah atau kawasan pariwisata,
pembangunan (development) fasilitas utama dan pendukung pariwisata, pengeluaran
kebijakan (policy) pariwisata, dan pembuatan dan penegakan peraturan
(regulation).
Di dalam
pengembangan pariwisata harus merupakan pengembangan yang berencana secara
menyeluruh , sehingga dapat diperoleh manfaat yang optimal bagi masyarakat,
baik dari segi ekonomi, sosial dan cultural. Perencanaan tersebut harus
mengintegrasikan pengembangan pariwisata kedalam suatu program pembangunan
ekonomi, fisik, dan sosial dari suatu negara. Di samping itu, rencana tersebut
harus mampu memberikan kerangka kerja kebijakan pemerintah, untuk mendorong dan
mengendalikan pengembangan pariwisata. Peranan pemerintah dalam mengembangkan
pariwisata dalam garis besarnya adalah :
1.
Menyediakan infrastuktur (tidak
hanya dalam bentuk fisik),
2.
Memperluas berbagai bentuk
fasilitas, kegiatan koordinasi antara aparatur pemerintah dengan pihak swasta,
3.
Pengaturan dan promosi umum ke luar
negeri,
4.
Sarana transportasi,
5.
Keadaan infrasruktur dan
sarana-sarana pariwisata.
Berikut penjelasan-penjelasan hal diatas :
1.
Menyediakan Infarstruktur
Salah satu contoh penambahan infrastruktur
jalan juga mengarah ke Bali Barat. Ini untuk memudahkan dan mempercepat
transportasi dari Denpasar ke kawasan Bali Barat seperti Jembrana. Kawasan
pariwisata di Jembrana masih membutuhkan kedatangan wisatawan. Pengembangan
infrastruktur jalan untuk sektor pariwisata di kawasan Bali Barat juga sangat
terbatas. Ini menyebabkan wisatawan mesti membutuhkan waktu yang lebih lama
untuk berkunjung ke kawasan pariwisata di Jembrana.
Dari Bandara ke Sanur termasuk dari Bandara
ke Nusa Dua juga sering terlihat kemacetan. Pemerintah perlu mengupayakan
dibuatkannya jalan layang atau alternatif jenis jalan lain terutama di titik
kemacetan. Pembuatan jalan tersebut bisa menekan dampak kemacetan terhadap
pariwisata Bali khususnya di seputar Bandara Ngurah Rai. Dengan akses jalan
yang memadai wisatawan dapat lebih mudah dan lebih cepat untuk berlibur ke
kawasan Bali Utara, Bali Barat, dan Bali Timur. Dengan penyebaran wisatawan ke
seluruh Bali , secara otomatis mendorong pembangunan sarana pariwisata seperti
hotel dan restoran di Bali Utara, Bali Barat dan Bali Timur.
2.
Memperluas berbagai bentuk fasilitas
Karena Bali merupakan tujuan pariwisata yang
sangat besar dan terkenal di manca negara maka diperlukan memperluas berbagai
bentuk fasilitas untuk perkembangan pariwisata di Bali agar para wisatawan
merasa betah dan nyaman berada di Bali. Maka dari itu pemerintah memerlukan
kerjasama dengan pihak swasta contohnya : dalam informatika dengan cara membuat
web design daerah pariwisata di Bali semanarik mungkin sehingga para wisatawan
dapat mudah memperoleh informasi pariwisata.
3.
Promosi Pariwisata ke Luar Negeri
Kegiatan promosi sangat penting dalam
perkembangan pariwisata di Bali. Dan merupakan ujung tombak untuk menarik
wisatawan asing untuk datang berwisata di Bali. Maka denga itu pemerintah
melakukan kebijakan promosi ke luar negeri khususnya ke negara-negara yang
mempunyai potensi wisatawan yang tinggi.
Dan kegiatan promosi harus disesuaikan dengan product wisata dengan
negara tujuan promosi. Contohnya : negara Jepang. Wisatawan yang berasal dari Jepang sangat menyukai kesenian sehingga kita
dapat memperkenalkan kesenian kita kepada negara tersebut.
4.
Sarana Transportasi
Dalam perkembangan pariwisata sarana
transportasi merupakan hal yang sangat
vital dalam kegiatan kepariwisataan di Bali. Tanpa adanya sarana transportasi
yang memadai perkembangan kepariwisataan di Bali tidak akan bisa berjalan
lancar sampai saat ini.
Yang sekarang sedang berkembang di Bali dalam
sarana transportasi adalah adanya busway “SARBAGITA” dengan rute Denpasar,
Badung, Gianyar, Tabanan dengan tarif Rp.2500,00 dan Rp.3500,00 maka para
wisatawan akan dapat dengan mudah untuk dapat menuju tempat wiasata dengan
aman, nyaman, dan murah.
5.
Keadaan Infrastruktur dan
sarana-sarana pariwisata.
Selain hal-hal diatas keadaan infrastruktur dan sarana wisata perlu
perhatian khusus dari pemerintah agar infra struktur yang sudah ada tidak cepat
rusak dan kualitasnya dapat ditingkatkan guna memberikan kenyamanan kepada
wisatawan selama berada di Bali serta sarana-sarana wisata harus senantiasa
dijaga, dirawat dan ditingkatkan, ditambah serta diperbaharui. Misalkan
hotel, selain menyediakan jasa akomodasi juga memberikan jasa-jasa pelayanan
yang lain diantaranya : SPA, food and beverage, saran bermain anak, olahraga
dll.
Ø Sedangkan Jika Di Bandingkan Dengan Kebijakan Pariwisata Di Makassar
Pengembangan Pariwisata Sulsel Butuh Pendekatan Partisipatif, Makassar
(Antara Sulsel) - Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Sulawesi Selatan
Andi Januar Jaury Darwis menyatakan jika ingin mengembangkan sektor pariwisata,
maka membutuhkan skema pendekatan partisipatif. "Jika kita sepakat ingin
menjadikan pariwisata Sulsel ini maju dan berkembang seperti daerah lainnya di
Indonesia itu, maka kita harus menggunakan skema partisipatif," ujar Andi
Januar Jaury Darwis di Makassar, Selasa. Ia mengatakan,
skema pendekatan partisipatif menjadi salah satu indikator agar seluruh program
pengembangan didukung penuh masyarakat dan menghindari terjadinya konflik
kepentingan dengan penduduk setempat. Pola
pendekatan ini juga kata dia, akan memastikan bahwa manfaat dari program ini
benar-benar dirasakan oleh masyarakat di sekitar destinasi wisata Selain itu,
efek berganda dari sektor pariwisata ini belum terdistribusi secara merata pada
seluruh sektor yang berada dalam turunan pariwisata, sehingga dibutuhkan
peranan semua pihak pemangku kepentingan. "Di sisi lain, saya melihat
masih adanya egosentris yang tercipta sebagai konsekuensi dari otonomi daerah
yang menjadi salah satu pekerjaan besar agar pengembangan pariwisata bisa
dilakukan secara kolektif dengan pelibatan pula seluruh stakeholder,"
katanya.
Menurut
Januar, kecenderungan pemerintah daerah yang masih berfokus mengejar kuantitas
jumlah kunjungan wisatawan, mesti segera diselaraskan dengan pembenahan
kualitas dengan berbasis penciptaan daya tarik wisata. Kemudian pembenahan
secara menyeluruh juga sangat dibutuhkan pada fasilitas penunjang wisata
seperti jalan, gerai makanan/cindera mata hingga toilet harus diperbaiki. Fasilitas akomodasi, transportasi, dan pusat
belanja juga harus dikembangkan, apalagi jika dikaitkan dengan kebijakan
pemerintah mengembangkan destinasi Sulsel. Januar
mengusulkan pembentukan tourism board di level kabupaten/kota dengan cakupan
skema klaster dan menghimpun potensi wisata secara per wilayah guna menciptakan
daya tarik bagi para wisatawan.
Pengembangan Pariwisata di Sulsel Butuh Peningkatan Sinergi, Pemerintah
daerah di Sulawesi Selatan diharapkan lebih meningkatkan jalinan kerja sama dan
sinergitas dalam penguatan sektor pariwisata. Ketua PHRI Sulsel Anggiat Sinaga
mengatakan pengembangan pariwisata akan lebih optimal jika dilakukan secara
kolektif oleh pemangku kebijakan dengan berorientasi pada penguatan destinasi
utama. Menurutnya,
pola kerjasama bisa mengadopsi program destinasi prioritas yang dilakukan
melalui skema lintas kementerian yang diproyeksikan memberikam efek berantai
pada sektor lainnya. Anggiat menjelaskan, jika hal tersebut bisa
dilakukan pemerintah daerah di Sulsel maka akan menjadi katalis positif dalam
peningkatan daya saing maupun perekonomian secara luas. "Contohnya
saja di wilayah utara Sulsel seperti Toraja, Palopo dan sekitarnya. Pemda
mestinya mampu menghilangkan ego sektoral, banyak hal yang bisa di
dikerjasamakan lintas daerah. Pariwisata tidak bisa tunggal, harus
kolektif," katanya, Minggu (26/2/2017). Di sisi
lain, pemda yang diminta lebih kreatif dan agresif menyelenggarakan event
pariwisata dengan memanfaatkan potensi destinasi maupun produk komoditas yang
menjadi ciri khas daerah masing-masing.
Adapun penyelenggaraan event paling memungkinkan dilakukan secara kolektif
oleh pemda yang memiliki letak geografis berdekatan sehingga mampu menggerakkan
sektor-sektor terkait maupun turunan dari pariwisata. "Kreativitasnya pada
titik itu, sehingga UMKM juga bisa merasakan, jasa travel, penyedia jasa
akomodasi dan bahkan kuliner lokal bisa
ikut tersentuh melalui sinergitas," kata Anggiat. Secara
khusus, langkah tersebut bisa memberikan dampak positif bagi industri
perhotelan Sulsel yang cenderung masih tertahan dari sisi kinerja awal tahun
ini. "Tahun
lalu rerata okupansi kita hanya 53% dan kondisi ini diproyeksikan masih berlanjut
di 2017. Sehingga dukungan pemerintah sangat menentukan, tidak hanya bagi
perhotelan tetapi pariwisata secara umum," katanya
No comments:
Post a Comment