TUGAS INDIVIDU
ONTOLOGI ADMINISTRASI
OLEH :
NAMA : NURMAYANTI
NIM :
105611119417
KELAS : 1 E
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah saya tentang “ Ontologi ”. Sholawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu nabi muahmmad
SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama
islam yang sempurna ada menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam
semesta.
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi
tugas pada mata kuliah “ Filsafat Ilmu Administrasi ”. Dan apabila
dalam pembuatan makalah ini belum lengkap, mohon dimaafkan. Karena saya adalah
manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. Dan kesempurnaanlah hanya milik
ALLAH SWT. Apabila makalah ini masih banyak kekurangannya, diharapkan pembaca
memberikan kritik dan saran agar kami mengetahui kekurangan makalah ini dan
juga akan memberi masukan kepada saya terhadap makalah ini.
Terima kasih, dan semoga makalah ini bisa memberikan sumbangsih positif
bagi kita semua.
Makassar, 21 Januari 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR
................................................
i
DAFTAR ISI
.........................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
...........................................
1
B. Rumusan Masalah
......................................
2
C. Tujuan
Penulisan .........................................
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ontologi ……….....………..….…. 3
B. Objek Ontologi …….………........…….……..... 5
C. Aliran aliran yg ada dalam ontologi …... 7
D. Sejarah ontologi …………………….......…… 11
E. Manfaat mempelajari ontologi …………. 12
BAB II PENUTUP
A.
Kesimpulan .................................................
13
B. Saran …………………………...………………… 13
DAFTAR PUSTAKA ...…………………..………… 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia yang berakal sehat pasti memiliki pengetahuan, baik berupa
fakta, konsep, prinsip, maupun prosedur tentang suatu objek. Pengetahuan dapat
dimiliki berkat adanya pengalaman atau melalui interaksi antar manusia dan
lingkungannya. Filsafat membahas segala sesuatu yang ada bahkan yang mungkin
ada baik bersifat abstrak ataupun riil meliputi Tuhan, manusia dan alam
semesta. Sehingga untuk faham betul semua masalah filsafat sangatlah sulit
tanpa adanya pemetaan-pemetaan dan mungkin kita hanya bisa menguasai sebagian
dari luasnya ruang lingkup filsafat. Sistematika filsafat secara garis besar ada tiga pembahasan pokok atau
bagian yaitu; epistemologi atau teori pengetahuan yang membahas bagaimana kita
memperoleh pengetahuan, ontologi atau teori hakikat yang membahas tentang
hakikat segala sesuatu yang melahirkan pengetahuan dan aksiologi atau teori
nilai yang membahas tentang guna pengetahuan. Sehingga, mempelajari ketiga
cabang tersebut sangatlah penting dalam memahami filsafat yang begitu luas ruang
lingkup dan pembahansannya.
Ketiga teori di atas sebenarnya sama-sama membahas tentang hakikat, hanya
saja berangkat dari hal yang berbeda dan tujuan yang beda pula. Epistemologi
sebagai teori pengetahuan membahas tentang bagaimana mendapat pengetahuan, bagaimana
kita bisa tahu dan dapat membedakan dengan yang lain. Ontologi membahas tentang
apa objek yang kita kaji, bagaimana wujudnya yang hakiki dan hubungannya dengan
daya pikir. Sedangkan aksiologi sebagai teori nilai membahas tentang
pengetahuan kita akan pengetahuan di atas, klasifikasi, tujuan dan
perkembangannya. Akan tetapi untuk sekarang ini penulis akan menitik-beratkan
pembahasannya kepada masalah ontologi yang mana membahas tentang apa objek yang
kita kaji, bagaimana wujudnya yang hakiki dan hubungannya dengan daya pikir.
B. Rumusan Masalah
Jelaskan apakah yang di maksud dengan ontologi ?
Apa saja objek ontologi ?
Apa saja aliran - aliran yang ada dalam ontologi ?
Bagaimana sejarah ontologi ?
Apakah manfaat mempelajari ontologi ?
C. Tujuan
Dapat mengetahui apakah yang di maksud dengan ontologi
Dapat mengetahui apa saja objek ontologi
Dapat mengetahui apa saja aliran - aliran yang ada dalam ontologi
Dapat mengetahui bagaimana sejarah ontologi
Dapat mengetahui manfaat mempelajari ontologi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ontologi
Ontologi dalam bahasa Inggris “ontology”, Tokoh pertama yang membuat
istilah ontologi adalah Christian Wolff (1679-1714). Istilah itu berakar
dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata, yaitu ontos berarti “yang
berada atau keberadaan”, dan logos berarti ilmu pengetahuan atau ajaran atau
juga pemikran (Lorens Bagus:2000). Maka ontologi dapat diartikan sebagai ilmu
atau teori tentang wujud hakikat yang ada pada ilmu. Menyoal tentang wujud
hakiki objek ilmu dan keilmuan (setiap bidang ilmu dalam jurusan dan program
studi) itu apa ?
Dan juga dapat diartikan bahwa ontologi adalah pemikiran mengenai yang ada
dan keberadaannya. Sedangkan menurut Jujun S .Suriasumantri dalam Pengantar
Ilmu dalam Perspektif mengatakan, ontologi membahas apa yang ingin kita
ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau dengan perkataan lain, suatu
pengkajian mengenai teori tentang “ada”, Menurut Pandangan The Liang Gie
Ontologi adalah bagian dari filsafat dasar yang mengungkap makna dari sebuah
eksistensi yang pembahasannya meliputi persoalan-persoalan. Objek ilmu atau
keilmuan itu empirik, dunia yang dapat dijangkau dengan panca indra. Jadi objek
ilmu adalah pengalaman indrawi. Dengan kata lain ontology adalah ilmu yang
mempelajari hakikat sesuatu yang berwujud (yang ada) dengan berdasarkan pada
penalaran logis. Bidang pembicaraan teori tentang ontologi (hakikat) ini
luas sekali, segala yang ada dan yang mungkin ada, yang boleh juga mencakup
pengetahuan dan nilai. Nama lain untuk teori tentang hakikat ialah teori
tentang keadaan (Langeveld).
Apa itu hakikat ? hakikat ialah realitas; realitas adalah ke-real-an; real
artinya kenyataan yang sebenarnya. Jadi, hakikat adalah kenyataan yang
sebenarnya, keadaan sebenarnya sesuatu, bukan keadaan sementara atau menipu,
bukan keadaan yang berubah.[1] Dari teori hakikat (ontologi) ini kemudian
munculah beberapa aliran dalam filsafat, antara lain: Filsafat Materialisme,
Filsafat Idealisme, Filsafat Monoisme, Filsafat Dualisme, Filsafat Skeptisisme,
dan Filsafat Agnostisisme.
Argumen ontologis ini pertama kali dilontarkan oleh Plato (428-348 SM)
dengan teori ideanya. Idea yang dimaksud oleh Plato adalah definisi atau konsep
universal dari setiap sesuatu. Plato mencontohkan pada seekor kuda, bahwa kuda
mempunyai idea atau konsep universal yang berlaku untuk tiap-tiap kuda yang ada
di alam nyata ini, baik itu kuda yang berwarna hitam, putih ataupun belang,
baik yang hidup ataupun yang sudah mati. Idea itu adalah paham, gambaran atau
konsep universal yang berlaku untuk seluruh kuda yabg berada di Benua manapun
di Dunia ini. [3] Demikan pula manusia juga punya idea. Idea manusia menurut
Plato adalah “badan hidup” yang kita kenal dan dapat berfikir, dengan kata
lain, idea manusia adalah “binatang yang berfikir”. Konsep binatang ini
bersifat universal, berlaku untuk semua manusia baik itu besar atau kecil, tua
atau muda, lelaki-perempuan, manusia Eropa, India, Asia, China, dan sebagainya.
Tiap-tiap sesuatu di alam ini mempunyai idea. Idea inilah yang merupakan
hakikat sesuatu dan menjadi dasar wujud sesuatu itu. Idea-idea itu berada di
balik yang nyata dan idea itulah yang abadi.
Benda-benda yang kita lihat atau yang dapat ditangkap oleh panca-indra
senantiasa berubah. Karena itu, ia “bukanlah hakikat”, tetapi hanya “bayangan”,
“kopi” atau “gambaran” dari idea-idea-nya. Dengan kata lain, benda-benda yang
dapat ditangkap dengan panca-indra ini hanyalah khayal dan ilusi belaka.
Ontologi menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental dan
cara yang berbeda dimana entitas (wujud) dari kategori-kategori yang
logis yang berlainan (objek-objek fisik, hal universal, abstraksi) dapat
dikatakan ada dalam rangka tradisional. ontologi dianggap sebagai teori
mengenai prinsip-prinsip umum dari hal ada, sedangkan dalam hal pemakaianya
akhir-akhir ini ontologi dipandang sebagai teori mengenai apa yang ada. Para
ahli memberikan pendapatnya tentang realita itu sendiri, diantaranya Bramel. Ia
mengatakan bahwa ontologi ialah interpretasi tentang suatu realita dapat
bervariasi, misalnya apakah bentuk dari suatu meja, pasti setiap orang
berbeda-beda pendapat mengenai bentuknya, tetapi jika ditanyakan bahanya
pastilah meja itu substansi dengan kualitas materi, inilah yang dimaksud dari
setiap orang bahwa suatu meja itu suatu realita yang kongkrit. Plato mengatakan
jika berada di dua dunia yang kita lihat dan kita hayati dengan kelima panca
indra kita nampaknya cukup nyata atau real.
Dengan demikian, metafisika umum atau ontologi adalah cabang filsafat yang
membicarakan prinsip paling dasar atau paling Dalam dari segala sesuatu yang
ada. Sedang metafisika khusus masih dibagi lagi menjadi kosmologi, psikologi,
dan teologi. Kosmologi adalah cabang filsafat yang secara khusus membicarakan
tentang alam semesta. Psikologi adalah cabang filsafat yang secara khusus
membicarakn tentang jiwa manusia. Teologi adalah cabang filsafat yang secara
khusus membicarakan Tuhan.
B. Objek Ontologi
Objek Materi
Secara antologis, artinya metafisis umum, objek materi yang dipelajari
dalam plural ilmu pengetahuan, bersifat monistik pada tingkat yang paling
abstrak. Seluruh objek materi pluralitas ilmu pengetahuan, seperti manusia,
binatang, tumbuh-tumbuhan dan zat kebendaan berada pada tingkat abstrak
tertinggi, yaitu dalam kesatuan dan kesamaannya sebagai makhluk. Kenyataan itu
mendasari dan menentukan kesatuan pluralitas ilmu pengetahuan. Dengan kata
lain, prulalitas ilmu pengetahuan berhakikat satu, yaitu dalam kesatuan objek
materinya. Kesatuan ilmu pengetahuan tersebut menjadi semakin jelas jika
ditinjau dari sumber asal seluruh perbedaan objek materi itu. Semua makhluk,
sebagai objek materi pluralitas ilmu pengetahuan, secara sistematis
berhubungan dengan proses kausalistik. Keberadaan manusia didahului dengan keberadaan binatang; keberadaan
binatang didahului keberadaan tumbuh-tumbuhan; dan keberadaan tumbuh-tumbuhan
didahului oleh zat kebendaan. Secara sistematis, masing-masing berada dalam
sistem saling bergantung ( interdependence ), dan zat kebendaan terkecil ( atom
) secara eksistensial berfungsi sebagai sumber ketergantungan makhluk-makhluk
lain sesudahnya. Tetapi secara substansial, keberadaan atom sebagai zat
kebendaan terkecil itu bukanlah dalam tingkat kesempurnaan (berdiri sendiri),
melainkan berada pada tingkat aksidental, artinya berada dengan cara
ditentukan.
Keberadaan zat kebendaan demikian ditentukan oleh penyebab terdahulu,
sekaligus sebagai penyebab pertama dan terakhir, yang disebut ‘causa prima’.
Oleh karena itu, pada tingkat substansi tertinggi, seluruh pluralitas ilmu
pengetahuan, sebagai akibat prulalitas objeknya, berada dalam satu kesatuan di
dalam diri causa prima-nya.
Obek Forma
Objek ontologi adalah yang ada, yaitu ada individu, ada umum, ada terbatas,
ada tidak terbatas, ada universal, ada mutlak, termasuk metafisika dan ada
sesudah kematian maupun segala sumber yang ada yaitu tuhan yang maha esa. Objek
forma ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Bagi pendekatan realitas tampil
dalam kuantitas atau jumlah, akan menjadi kualitatif, realitas akan tampil
menjadi aliran-aliran materialisme, idealisme, naturalisme.
Menurut Lorens Bagus, metode dalam ontologi dibagi menjadi tiga tingkatan
abstraksi yaitu : abstraksi fisik, abstraksi bentuk, dan abstraksi metafisik.
Abstraksi fisik mendeskripsikan keseluruhan sifat khas suatu objek, sedangkan
abstraksi bentuk mendeskripsikan sifat umum yang menjadi ciri semua sesuatu
yang sejenis. Abstraksi metafisik mendeskripsikan tentang prinsip umum yang
menjadi dasar dari semua realita. Untuk ontologi ini metode yang sering
digunakan adalah abstraksi metafisik karena dalam ontologi menerangkan
teori-teori tentang realitas.
Menurut Lorens Bagus, metode pembuktian dibagi menjadi dua yaitu :
pembuktian a priori dan pembuktian a posteriori. Pembuktian a priori disusun
dengan meletakkan term tengah berada lebih dahulu dari predikat dan kesimpulan
term tengah menjadi sebab dari kebenaran kesimpulan, sedangkan pembuktian a
posteriori disusun dengan term tengah ada sesudah realitas kesimpulan, dan term
tengah menunjukkan akibat realitas yang dinyatakan dalam kesimpulan hanya saja
cara pembuktiannya disusun dengan tata silogistik, dimana term tengah
dihubungkan dengan subjek sehingga term tengah menjadi akibat dari realitas
kesimpulan.[6] Objek forma ini sering dipahami sebagai sudut atau titik
pandang, yang selanjutnya menenentukan ruang lingkup. Berdasarkan ruang lingkup
studi inilah selanjutnya ilmu pengetahuan berkembang menjadi prular,
berbeda-beda dan cenderung saling terpisah antara satu dengan yang lain.
Dibandingkan dengan pengetahuan pada umumnya atau filsafat. Ilmu
pengetahuan pada umumnya atau filsafat, ilmu pengetahuan mempersoalkan
kebenaran secara khusus, konkret dan objektif, yang selanjutnya desebut
kebenaran objektif, yang selanjutnya disebut kebenaran objektif. Kebenaran
demikian tingkat kepastiannya lebih kuat, karena didukung oleh fakta-fakta
konkret dan empirik objektif. Dalam hubunganya dengan perilaku, kebernaran
objektif memberikan landasan stabil dan es tabil sehingga suatu perilaku dapat
diukur nilai kebenarannya, dan bisa dipakai sebagai pedoman bagi semua pihak.
Sedangkan objektifitas suatu objek materi, apapun jenisnya, bukan terletak pada
keseluruhan tetapi pada bagian-bagian kecil dari objek itu. Mengingat di dalam
diri objek materi terdapat bagian-bagian yang prular, dan mengingat
keterbatasan subjek, maka dalam kegiatan ilmiah, subjek prular memilah-milah
objek studi ke dalam bagian-bagian, dan kemudian memilih salah satu bagian
sebagai lapangan studi. Lapangan studi inilah yang dimaksud dengan objek forma.
C. Aliran-aliran Ontologi
Di dalam pemahaman ontologi dapat diketemukan pandangan-pandangan pokok
pemikiran sebagai berikut:
Materialisme
Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan
rohani. Aliran ini sering juga disebut dengan naturalism. Menurutnya bahwa zat
mati merupakan kenyataan dan satu-satunya fakta. Yang ada hanyalah materi, yang
lainnya jiwa atau ruh itu hanyalah merupakan akibat saja dari proses gerakan
kebenaran dengan salah satu cara tertentu.
Kalau dikatakan bahwa materialisme sering disebut naturalism, sebenarnya
ada sedikit perbedaan diantara dua paham itu. Namun begitu, materlialisme dapat
dianggap seatu penampakan diri dari naturalism. Naturlisme berpendapat bahwa
alam saja yang ada, yang lainnya diluar alam tidak ada. Yang dimaksud alam
disini ialah segala-galanya, meliputi benda dan ruh. Jadi bnda dan ruh sama
nilainya dianggap sebagai alam yang satu. Sebaliknya, materlialisme menganggap
ruh adalah kejadian dari benda. Jadi tidak sama nilai benda dan ruh seperti
dalam naturalisme. Dalam perkembangannya, sebagai aliran yg paling tua, paham
ini timbum dan tenggelam seiring roda kehidupan manusia yang selalu diwarnai
dengan filsafat dan agama. Alasan mengapa aliran ini berkembang sehingga
memperkuat dugaan bahwa yang merupakan hakikat adalah:
- Pada pikiran yang masih sederhana, apa yang kelihatan yang dapat diraba, biasanya dijadikan kebenaran terakhir. Pikiran sederhana tidak mampu memikirkan sesuatu di luar ruang yang abstrak.
- Penemuan-penemuan menunjukkan betapa bergantungnya jiwa pada badan. Oleh sebab itu, peristiwa jiwa selalu dilihat sebagai peristiwa jasmani. Jasmani lebih menonjol dalam peristiwa ini.
Dalam sejarahnya manusia memang bergantung pada benda seperti padi. Dewi
Sri dan Tuhan muncul disitu. Kesemuanya ini memperkat dugaan bahwa yang
memperkuat hakikat adalah benda.
Idealisme
Sebagai lawan materialisme adalah aliran idealism yang dinamakan juga
spiritualisme. Idealisme berarti serba cita, sedang spiritualisme berarti
serba ruh. Idealism diambil dari kata “Idea”, yaitu sesuatu yang hadir dalam
jiwa. Aliran ini beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu
semua berasal dari ruh (sukma) atau sejenis dengannya, yaitu sesuatu yang tidak
berbentuk dan menepati ruang. Materi atau zat itu hanyalah suatu jenis dari
penjelasan ruhani.
Alasan aliran ini yang menyatakan bahwa hakikat benda adalah ruhani, spirit
atau sebangsanya adalah :
- Nilai ruh lebih tinggi dari pada badan, lebih tinggi nilainya dari materi bagi kehidupan manusia. Ruh ini dianggap sebagai hakikat yang sebenarnya. Sehingga materi hanyalah badannya, bayangan atau penjelmaan saja.
- Manusia lebih dapat memahami dirinya daripada dunia diluar dirinya.
- Materi ialah kumpulan energy yang menempati ruang. Benda tidak ada, yang ada energi itu saja.
Materi bagi penganut idealisme sebenarnya tidak ada. Segala kenyataan ini
termasuk kenyataan manusia adalah ruh. Ruh itu tidak hanya menguasai kenyataan
manusia adalah ruh. Ruh itu tidak hanya menguasai manusia perorangan, tetapi
juga kebudayaan. Jadi kebudayaan adalah perwujudan dari alam cita-cita itu
adalah ruhani. Karenanya aliran ini dapat disebut idealisme dan dapat disebut
spiritualisme. Aristoteles (284-322 SM) memberikan sifat keruhanian dengan
ajarannya yang menggambarkan alam ide itu sebagai sesuatu tenaga yang berada
dalam benda-benda itu sendiri dan menjalankan pengaruhnya dari benda itu.
Dualisme
Setelah kita memahami bahwa hakikat itu satu (monisme) baik materi ataupun
ruhani, ada juga pandangan yang mengatakan bahwa hakikat itu ada dua aliran ini
disebut dualisme. Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam
hakikat sebagai asal sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat ruhani, benda
dan ruh, jasad dan spirit. Materi bukan muncul dari ruh, dan ruh bukan muncul
dari benda. Sama-sama hakikat. Kedua macam hakikat itu masing-masing bebas dan
berdiri sendiri, sama-sama azali dan abadi. Ubungan keduanya menciptakan
kehidupan dalam ala mini. Contoh yang paling jelas tentang adanya kerja sama
kedua hakikat ini ialah dalam diri manusia.
Umumnya manusia tidak akam mengalami kesulitan untuk menerima prinsip
dualisme ini, kerana setiap kenyataan lahir dapat segera ditangkap oleh
pancaindera kita, sedang kenyataan batin dapat segera diakui adanya oleh akal
dan perasaan hidup.
Pluralisme
Paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan
kenyataan. Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa
segenap macam bentuk itu semuanya nyata. Pluralisme ddalam Dictionary of
Philosophy and Religion dikatakan sebagai paham yang menyatakan bahwa kenyataan
alam ini tersusun dari banyak unsure, lebih dari satu atau dua entitas.
Tokoh aliran ini pada masa Yunani Kuno adalah substansi yang ada itu terbentuk
dari 4 unsur, yaitu tanah, air, api, dan udara.
Tokoh modern aliran ini William James (1842-1910 M). kelahiran New York dan
terkenal sebagai seorang psiolog dan filosof Amerika. Dalam bukunya The Meaning
of Truth james mengemukakan, tiada kebenaran yang mutlak, yang berlaku umum,
yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri, lepas dari akal yang mengenal. Sebab
sebab pengalaman kita berjalan terus, dan segala yang kita anggap benar dalam
perkembangan pengalaman itu senantiasa berubah, karena dalam praktiknya apa
yang kita anggap benar dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutnya. Oleh karena
itu, tiada kebenaran yang mutlak, yang ada adalah kebenaran-kebenaran, yaitu
apa yang benar dalam pengalaman-pengalaman yang khusus, yang setiap kali dapat
diubah oleh pengalaman berikutnya. Kenyataan terdiri dari banyak kawasan yang
berdiri sendiri.
Nihilisme
Nihilisme berasal dari Bahasa Latin yang berate nothing atau tidak ada.
Sebuah dokrin yang tidak mengakui validitas alternative yang positif. Dokrin
tentang nihilisme sebenarnya sudah ada semenjak zaman Yunani Kuno, yaitu pada
pandangan Gorgias (483-360 SM) yang memberikan tiga proposisi tentang realitas.
Pertama, tidak ada sesuatu pun yang eksis. Realitas itu sebenarnya tidak ada.
Bukankah Zeno juga perna sampai pada kesimpulan bahwa hasil pemikiran itu
selalu tiba pada paradox. Kita harus menyatakan bahwa realitas itu tunggal dan
banyak, terbatas dan tak terbatas, dicipta dan tak dicipta. Karena kontradiksi
tidak dapat diterima, maka pemikiran lebih baik tid menyatakan apa-apa tentag
realitas.
Kedua, bila sesuatu itu ada, ia dapat diketahui. Ini disebabkan oleh
penginderaan itu tidak dapat dipercaya, penginderaan itu sumber ilusi. Akal
juga tidak mampu menyakinkan kita tentang alam semesta ini karena kita telah
dikukung oleh dilemma subjektif. Kita berfikir dengan kemauan, ide kita, yang
kita terapkan pada fenomena. Ketiga, sekalipun realitas itu dapat kita ketahui,
ia tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang lain.
Agnotisisme
Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda.
Baik hakikat materi ataupun hakikat ruhani. Timbulnya aliran ini dikarenakan
belum dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan secara konkret akan adanya
kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat kita kenal. Aliran ini dengan tegas
selalu menyangkal adanya suatu kenyataan mutlak yang bersifat trancedent.
Agnostisisme adalah paham pengingkaran atau penyangkalan manusia
mengetahui hakikat benda baik materi ataupun ruhani. Aliran ini mirip dengan
skeptisisme yang berpendapat bahwa manusia diragukan kemampuannya mengetahui
hakikat. Namun tampaknya agnotisisme lebih baik dari itu karena menyarah sama
sekali.
D. Sejarah Ontologi
Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan berasal
dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret.
Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti
Thales, Plato, dan Aristoteles . Pada masanya, kebanyakan orang belum membedaan
antara penampakan dengan kenyataan. Thales terkenal sebagai filsuf yang pernah
sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi terdalam yang merupakan
asal mula segala sesuatu. Namun yang lebih penting ialah pendiriannya bahwa
mungkin sekali segala sesuatu itu berasal dari satu substansi belaka (sehingga
sesuatu itu tidak bisa dianggap ada berdiri sendiri). Hakekat kenyataan atau
realitas memang bisa didekati ontologi dengan dua macam sudut pandang:
kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau
jamak?
Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas)
tersebut memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki warna
kehijauan, bunga mawar yang berbau harum. Secara sederhana ontologi bisa
dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau kenyataan konkret secara
kritis. Beberapa aliran dalam bidang ontologi, yakni realisme, naturalisme,
empirisme Istilah istilah terpenting yang terkait dengan ontologi adalah:
- yang-ada (being)
- kenyataan/realitas (reality)
- eksistensi (existence)
- esensi (essence)
- substansi (substance)
- perubahan (change)
- tunggal (one)
- jamak (many)
Ontologi ini pantas dipelajari bagi orang yang ingin memahami secara
menyeluruh tentang dunia ini dan berguna bagi studi ilmu-ilmu empiris (misalnya
antropologi, sosiologi, ilmu kedokteran, ilmu budaya, fisika, ilmu teknik dan
sebagainya).
E. Manfaat Mempelajari Ontologi
Ontologi yang merupakan salah satu
kajian filsafat ilmu mempunyai beberapa manfaat, di antaranya sebagai berikut:
- Membantu untuk mengembangkan dan mengkritisi berbagai bangunan sistem pemikiran yang ada.
- Membantu memecahkan masalah pola relasi antar berbagai eksisten dan eksistensi.
- Bisa mengeksplorasi secara mendalam dan jauh pada berbagai ranah keilmuan maupun masalah, baik itu sains hingga etika
Dalam ontologi ditemukan pandangan-pandangan pokok pemikiran, yaitu
monoisme, dualisme, pluralisme, nihilisme, dan agnostisisme. Monoisme adalah
paham yang menganggap bahwa hakikat asalnya sesuatu itu hanyalah satu. Asal
sesuatu itu bisa berupa materi (air, udara) maupun ruhani (spirit, ruh).
Dualisme adalah aliran yang berpendapat bahwa asal benda terdiri dari dua
hakikat (hakikat materi dan ruhani, hakikat benda dan ruh, hakikat jasad dan
spirit). Pluralisme adalah paham yang mengatakan bahwa segala hal merupakan
kenyataan. Nihilisme adalah paham yang tidak mengakui validitas alternatif yang
positif. Dan agnostisisme adalah paham yang mengingkari terhadap kemampuan
manusia dalam mengetahui hakikat benda.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut bahasa, ontologi ialah berasal dari bahasa Yunani yaitu, On/Ontos =
ada, dan logos = ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada. Menurut
istilah, Ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang
merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun
rohani/abstrak. Metafisika umum atau ontologi adalah cabang filsafat yang
membicarakan prinsip paling dasar atau paling dalam dari segala sesuatu yang
ada.
Objek ontologi terbagi menjadi dua, pertama, objek materi, Kesatuan ilmu
pengetahuan tersebut menjadi semakin jelas jika ditinjau dari sumber asal
seluruh perbedaan objek materi itu. Semua makhluk, sebagai objek materi
pluralitas ilmu pengetahuan, secara sistematis berhubungan dengan proses
kausalistik.
Kedua, objek forma, Objek forma ini sering dipahami sebagai sudut atau
titik pandang, yang selanjutnya menenentukan ruang lingkup. Berdasarkan ruang
lingkup studi inilah selanjutnya ilmu pengetahuan berkembang menjadi prular,
berbeda-beda dan cenderung saling terpisah antara satu dengan yang lain.
Aliran-aliran yang ada pada ontologi yaitu materialisme, idealisme, dualisme,
pluralisme, nihilisme, agnotisisme.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan. Apabila ada
terdapat kesalahan mohon dapat memaafkan dan maklumi, karena kami adalah hamba
Allah yang tak luput dari kesalahan.
Daftar Pustaka
Adib, Mohammad. 2015. Filsafat Ilmu; Ontologi, Enpistemologi, Aksiologi,
dan Logika Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Anwar, Saeful. 2007. Filsafat Ilmu Al-Ghazali; Dimensi Ontologi, dan
Aksiologi, Bandung: Pustaka Setia.
Farina Anis. Ontologi Islam. 2007.
Tim Sunan Ampel. 2013. Pengantar Filsafat.
Bakhtiar A. 2007. Filsafat Ilmu. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada
Adisusilo, Sutarjo. 1983. Problematika Perkembangan Ilmu Pengetahuan.
Yogyakarta. Kanisius.
thanks
ReplyDeleteYou are welcome
ReplyDeleteOk
ReplyDelete