Psikologi Pesan merupakan salah satu unsur
yang penting dalam berkomunikasi, sehingga makna dari pesan itu sendiri
memperlancar interaksi social antar manusia. Sementara tujuan dari komunikasi
akan tercapai bila makna pesan yang disampaikan komunikator sama dengan makna
yang diterima komunikan. Maka untuk mencapai tujuan itu, pesan yang disampaikan
biasanya diungkapkan melalui perpaduan antara pesan verbal dan nonverbal.
Pesan Verbal
dan Nonverbal
Ø Pesan
Verbal
Definisi fungsional melihat bahasa dari
segi fungsinya, sehingga bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama
untuk mengungkakan gagasan, (socially shared means for exspressing ideas). Kita
tekankan “socially shared”, karena bahasa dapat dipahami bila ada kesepakatan
di antara anggota-anggota kelompok social untuk menggunakannya. Sedangkan
definisi formal menyatakan bahasa sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang
dapat dibuat menurut peraturan tata bahasa (all the conceivable sentences tahat
could be generated according to the rules of its grammar). Setiap bahasa
mempunyai bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkai supaya memberikan
arti.
Dengan demikian pesan verbal atau pesan
linguistik adalah pesan yang digunakan dalam komunikasi yang menggunakan bahasa
sebagai media. Pesan verbal ditransmisikan melalui kombinasi bunyi-bunyi bahasa
dan digunakan untuk menyatakan pikiran, perasaan dan maksud. Dengan kata lain,
pesan verbal adalah pesan yang diungkapkan melalui bahasa yang menggunakan
kata-kata sebagai representasi realitas atau makna. Pesan dalam komunikasi
verbal disampaikan melalui dua jenis sinyal, yaitu tanda-tanda dan
simbol-simbol. Tanda-tanda adalah sinyal yang memiliki hubungan sebab (causal)
dengan pesan yang diungkapkan. Contoh, kita mengatakan bahwa jika seseorang
meringis hal itu berarti dia sedang merasa kesakitan, karena rasa sakit
merupakan sebuah penyebab mengapa orang meringis. Sedangkan simbol-simbol
merupakan produk konvensi social, oleh karena itu maknanya didasarkan pada
kesepakatan yang dibuat oleh para pengguna atau penutur. Contoh, bagi orang
Indonesia, kumpulan bunyi yang menghasilkan kata “rumah” bermakna bangunan yang
digunakan manusia sebagai tempat tinggal karena memang disepakati demikian.
Tidak ada alasan intrinsik mengapa konsep “bangunan yang digunakan manusia
sebagai tempat tinggal” tidak diungkapkan dengan kata
yang lain dan mengapa konsep tersebut diungkapkan dengan sekumpulan bunyi
bahasa yang berbeda. Kini umumnya orang menyebutkan teori yang menjelaskan
hubungan bahasa dengan berfikir teori Whorf (Whorfian Hyphotesis). Wdward Sapir,
guru Benjamin L.Whorf, menulis, bahasa adalah pandu realitas social. Walaupun
bahasa tidak dianggap sebagai hal yang sangat diminati oleh ilmuan social,
bahasa secara kuat mengkondisikan pikiran tentang masalah dan proses social.
Manusia tidak hidup hanya dalam dunia
objektif, tidak hanya dalam dunia kegiatan social seperti yang biasa
dipahaminya, tetapi ia sangat ditentukan oleh bahasa tertentu yang menjadi
medium pernyataan bagi masyarakatnya. Tidak ada dua bahasa yang cukup sama
untuk dianggap mewakili kenyataan social yang sama. Secara singkat teori ini
dapat disimpulkan bahwa pandangan kita tentang dunia dibentuk oleh bahasa, dan
karena bahasa berbeda, pandangan juga berbeda, pandangan kita tentang dunia pun
berbeda pula. Secara selektif, kita menyaring data sensor yang masuk seperti
yang telah diperogam oleh bahasa yang kita pakai. Dengan begitu, masyarakat
yang menggunakan bahasa yang berbeda hidup dalam dunia sensor yang berbeda
pula.
Kelebihan
dan Keterbatasan Pesan Verbal
Kelebihan
Kelebihan
dari pesan verbal adalah media paling efektif yang digunakan manusia sebagai
sarana berkomunikasi. Efektivitas tersebut dimungkinkan oleh tiga aspek
bahasa: semanticity, generativity dan displacement.
Aspek semanticity merujuk
pada hakikat kata-kata (unsur utama bahasa) sebagai simbol yang
merepresentasikan objek atau realitas tertentu. Dengan kata-kata, kita dapat
menamai atau memberi label pada tindakan, pemikiran, perasaan, atau orang
sehingga kita dapat mengindentifikasi atau merujuknya tanpa harus
menghadirkannya secara langsung.
Aspek generativity (kadang-kadang
disebut productivity) merujuk pada kemampuan
bahasa untuk menghasilkan pesan-pesan bermakna dalam jumlah tak terbatas
melalui kombinasi sejumlah simbol linguistik yang sangat terbatas. Contoh,
hanya dengan menggunakan tiga fonem a, i dan r, kita bisa membentuk kata ‘air’,
‘Ira’, ‘ria’ dan ‘ari’ yang semua kata-kata ini memiliki makna.
Aspek displacement merujuk
pada kemampuan bahasa untuk digunakan sebagai sarana untuk membicarakan sesuatu
yang ‘jauh’ dalam konteks ruang dan waktu, atau sesuatu yang ada hanya dalam
imajinasi.
Kombinasi antara kemampuan bahasa untuk
menghasilkan pesan-pesan baru yang bermakna dalam jumlah tak terhingga tanpa
dibatasi ruang dan waktu dengan kemampuan kognitif manusia untuk memanfaatkan
ketiga aspek tersebut memungkinkan berlangsungnya komunkasi yang sangat efektif
dan adaptif.
Keterbatasan
Disamping berbagai kelebihan yang
dimilikinya sebagai sarana penyampaian makna bahasa, pesan verbal juga memiliki
berbagai kelemahan dalam penyampaian maksud, yaitu :
1. Jumlah
kata yang tersedia dalam setiap bahasa sangat terbatas, sehingga tidak semua
objek dalam realita dapat diwakili oleh kata-kata.
2. Kata-kata
memiliki makna yang ambigu (makna ganda) dan kontekstual, dimana kata-kata
bersifat ambigu karena hubungan antara kata dan objek yang diwakilinya bersifat
arbitrer (semena-mena). Kata yang diucapkan tidak merujuk pada objek, tetapi
pada persepsi dan interpretasi orang sebagai wakil dari objek tersebut.
3. Makna
kata-kata bersifat bias karena dipengaruhi oleh latar belakang kebudayaan.
Esensi bahasa dalam aktivitas berpikir terungkap dengan jelas melalui kenyataan
bahwa ketidakmampuan suku-suku primitif memikirkan hal-hal yang ‘canggih’ bukan
karena mereka tidak dapat berpikir, tapi karena bahasa mereka tidak dapat
memfasilitasi mereka untuk melakukannya.
4. Orang
cenderung mencampuradukkan fakta, penafsiran, dan penilaian karena kekeliruan
persepsi sewaktu menggunakan bahasa.
Ø Pesan
Nonverbal
Secara
sederhana, pesan nonverbal didefinisikan sebagai semua tanda atau isyarat yang
tidak berbentuk kata-kata. Samovar dan Proter secara lebih spesifik
mendefinisikan sebagai “semua ransangan (kecuali ransangan verbal) dalam
suatu setting komunikasi,
yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh indivdu, yang
mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima”.
Jadi, pesan nonverbal mencakup seluruh
perilaku yang tidak berbentuk verbal yang disengaja atau tidak disengaja
sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan. Berdiam diri juga
merupakan pesan nonverbal jika hal itu memberi makna bagi pengirim atau
penerima.
Dalam komunikasi interpersonal, secara umum
penyampaian maksud (makna) akan berlangsung efektif bila komunikator memadukan
kedua bentuk pesan tersebut. Bahkan dalam rangka mengkomunikasikan perasaan,
pesan nonverbal berperan lebih dominan.
Untuk
menjelaskan esensi interaksi pesan verbal dan nonverbal dalam penyampaian
makna, Devito (1995 : 175-176) menguraikan enam fungsi pesan nonverbal dalam
komunikasi interpersonal. Pertama, fungsi aksentuasi, yang digunakan untuk
membuat penekanan pada bagian tertentu pesan nonverbal, komunikator sering
menggunakan pesan nonverbal, seperti meninggikan nada suara atau menggebrak
meja. Kedua, fungsi komplemen, yang digunakan untuk
menyampaikan nuansa tertentu yang tidak dapat diutarakan melaui pesan verbal,
pembicara akan menggunakan pesan nonverbal. Ketiga, fungsi kontradiksi,
yang digunakan untuk mempertentangkan pesan verbal dengan pesan nonverbal dalam
rangkan mencapai maksud tertentu. Misalnya, untuk menunjukkan bahwa dia hanya
‘berpura-pura’, pembicara dapat mengedipkan mata sewaktu mengucapkan pernyataan
tertentu.
Keempat,
fungsi regulasi, yang digunakan untuk
menunjukkan bahwa komunikator ingin mengatakan sesuatu, dengan cara membuat
isyarat tangan atau mencondongkan tubuh ke depan. Kelima, fungsi repetisi,
yang digunakan untuk mengulangi maksud yang disampaikan melalui pesan verbal,
seperti “Kamu menerima lamarannya?” dengan menaikkan alis mata dan menunjukkan
ekspresi wajah tidak percaya. Keenam, fungsi substitusi, yang digunakan untuk
mengganti pesan verbal tertentu seperti “Saya tidak setuju” dengan pesan
nonverbal berupa gelengan kepala.
Tinjauan
Psikologis Terhadap Peran Pesan Nonverbal
Mengingat perannya yang begitu penting
dalam penyampaian makna, diperlukan pemahaman yang baik tentang dimensi
psikologis, khususnya permasalahan tentang bagaimana pesan nonverbal dapat
mendukung atau menghambat efektivitas komunikasi.
Pertama, faktor-faktor nonverbal sangat
menentukan makna dalam komunikasi interpersonal. Dalam setiap komunikasi tatap
muka, secara sadar atau tidak, komunikator banyak menyampaikan pesan-pesan
nonverbal. Sebaliknya, komunikan lebih banyak “membaca” pikiran komunikator
melalui petunjuk-petunjuk nonverbal. Sebagai contoh, ketika seorang pria
mengetahui lamarannya untuk memperistri gadis pujaannya ditolak, dia mungkin
mengatakan, “Ya, sudah. Tidak jadi masalah”, namun ekspresi wajah dan tatapan
matanya mungkin menunjukkan kekecewaan yang sangat mendalam.
Kedua, perasaan dan emosi terungkap lebih
cermat melalui pesan nonverbal daripada pesan verbal. Bila pesan verbal lebih
sesuai digunakan untuk menyampaikan fakta, ilmu, atau keadaan, pesan nonverbal
lebih potensial untuk menyatakan perasaan. Ketiga, pesan nonverbal menyampaikan
makna (maksud) yang relatif bebas dari penipuan, distorsi, dan kerancuan. Pesan
nonverbal jarang dimodifikasi secara sadar, kecuali oleh actor-aktor yang
terlatih. Oleh karena itu, komunikator biasanya lebih jujur ketika
berkomunikasi melalui pesan nonverbal dan sebaliknya, komunikan lebih percaya
pada pesan nonverbal daripada pesan nonverbal. Sebagai contoh, ketika seorang
dosen mengatakan dia memiliki waktu untuk berdiskusi dengan mahasiswa, tapi
kemudian berkali-kali melihat arlojinya, sang mahasiswa biasanya akan segera
mendeteksi bahwa sang dosen tidak memiliki waktu.
Keempat, pesan nonverbal memiliki fungsi
metakomunikatif yang sangat diperlukan untuk mencapai komunikasi yang
berkualitas tinggi. Pesan metakomunikatif berfungsi memberikan informasi
tambahan untuk memperjelas maksud. Hal itu dilakukan dengan memberdayakan
fungsi aksentuasi, repetisi, subsitusi, kontradiksi, dan komplemen pesan
nonverbal bagi pesan verbal.
Kelima, pesan nonverbal merupakan cara
komunikasi yang lebih efisien dibandingkan dengan pesan verbal. Pesan verbal sering
mengandung redundansi (penggunaan lebih banyak lambang daripada yang
dibutuhkan), repetisi, ambiguitas dan abstraksi. Keenam, pesan nonverbal
merupakan sarana sugesti yang paling tepat. Dalam situasi tertentu, kita perlu
mensugesti (mengungkapkan saran, gagasan atau emosi secara tersirat). Hal ini
biasanya paling efektif disampaikan melalui pesan nonverbal. Sebagai contoh,
mensugesti anak kecil untuk membuang sampah pada tempatnya paling efektif
dilakukan melalui keteladanan.
Karakteristik
Makna Pesan
1. Makna
ditentukan oleh komunikator
Makna tidak hanya ditentukan oleh pesan
(baik verbal, nonverbal, atau keduanya) tetapi juga ditentukan oleh interaksi
pesan-pesan itu dan pikiran serta perasaan komunikan. Ketika berkomunikasi,
komunikan tidak hanya ‘menerima’ makna tapi juga ‘menciptakan’ makna. Oleh
karena itu, pemahaman atas suatu makna tidak dapat dilakukan hanya dengan
menganalisis pesan, tetapi juga dengan memahami pengirimnya. Sebagai contoh,
makna berupa pujian yang menyatakan seseorang berotak cerdas cenderung dimaknai
sebagai penghinaan bila hal itu disampaikan ketika orang tersebut baru
mengetahui dia gagal dalam sebuah ujian.
2. Makna
yang disampaikan lewat pesan verbal dan nonverbal tidak lengkap
Penyampaian pikiran atau perasaan dilakukan
komunikator dengan menggunakan seperangkat simbol. Pada dasarnya simbol-simbol
itu mewakili hanya sebagian dari totalitas pikiran atau perasaan yang ingin
disampaikan. Karena makna yang diterima dari orang lain bukan makna yang utuh,
setiap komunikan hanya dapat mengestimasi makna tersebut berdasarkan pesan yang
diterima dengan menggunakan pikiran dan perasaannya sendiri.
3. Makna
bersifat unik
Karena makna
ditentukan oleh pesan yang diterima dan pikiran serta perasaan komunikan, maka
orang yang berbeda tidak pernah menginterpretasi sebuah pesan dengan makna yang
sama. Bahkan, karena setiap individu berubah, pesan yang diterima oleh
seseorang pada saat yang berbeda akan diinterpretasikan dengan makna yang
berbeda pula. Misalnya, pesan “I love you” yang diterima
pemuda berusia 20 tahun dari pacarnya, akan diberi makna yang berbeda oleh
orang ketika dia berusia 50 tahun.
4. Makna
mencakup makna denotatif dan konotatif
Makna denotatif adalah definisi objektif
dari kata atau pesan nonverbal dan bersifat universal. Makna konotatif
merupakan makna subjektif dan bersifat emosional. Anggukan kepala yang normal,
yang digunakan untuk merespon pertanyaan “Kamu setuju?” mengungkapkan makna
denotatif. Namun bila anggukan kepala itu disertai dengan kedipan mata atau
senyuman sehingga terkesan tidak biasa, makna yang terungkap lebih cenderung
bersifat konotatif.
5. Makna
harus didasarkan pada konteks
Kata atau tingkah nonverbal yang sama, bisa
mengungkapkan makna yang sangat berbeda bila digunakan dalam konteks yang
berbeda. Ugkapan “Apa kabar?” yang disampaikan ketika berpapasan dengan seorang
teman bermakna “Halo”. Tapi bila ungkapan itu disampaikan ketika mengunjungi
teman yang sakit, makna yang terungkap adalah “kondisi kesehatan”.
Karakteristik
Pesan
Disamping karakteristik makna pesan,
pemahaman tentang karakteristik pesan juga sangat dibutuhkan sebagai landasan
untuk mengetahui bagaimana makna disalurkan melalui pesan oleh komunikator
kepada komunikan.
1. Pesan
berbentuk paket
Pada saat
berkomnikasi, seluruh bagian sistem komunikasi biasanya bekerjasama untuk
menyampaikan suatu kesatuan makna (unified meaning). Ketika seseorang
mengungkapkan kemarahan dengan kata-kata, getaran dan volume suara, ekspresi
wajah, sorot mata dan sikap tubuhnya juga memancarkan pesan kemarahan itu.
Kenyataan
ini menunjukkan bahwa pesan selalu diungkapkan dalam satu paket gabungan antara
unsur-unsur verbal dan nonverbal. Paket pesan ini biasanya dianggap sebagai hal
yang wajar sehingga tidak begitu diperhatikan oleh komunikan, kecuali dia mendeteksi
adanya double-bind messages, atau
kontradiksi antara pesan verbal dan pesan nonverbal yang digunakan.
2. Pesan
dibentuk dengan menggunakan kaidah tertentu
Setiap pesan dibentuk dan diungkapkan
dengan menggunakan kaidah-kaidah tertentu. Pesan verbal dibentuk dan digunakan
dengan mengikuti aturan-aturan gramatika dan pragmatik yang berlaku dalam
bahasa. Pesan nonverbal juga dibentuk dan diungkapkan berdasarkan seperangkat
norma atau peraturan yang menggariskan tingkah-laku nonverbal apa yang sesuai,
diizinkan, atau diharapkan dalam situasi sosial tertentu.
3. Pesan
disampaikan dalam tingkat kelangsungan yang variatif
Sebagian pesan disampaikan secara langsung
dan sebagian lagi secara tidak langsung. Pesan langsung ditandai oleh adanya
pernyataan langsung mengenai preferensi atau keinginan komunikator, sedangkan
dalam pesan tidak langsung si pembicara berupaya menyuruh pendengarnya
mengatakan atau melakukan sesuatu tanpa menyatakannya secara eksplisit.
4. Pesan
bervariasi dalam tingkat kepercayaan
Terdapat dua alasan mengapa komunikan
cenderung lebih mempercayai makna yang terungkap melalui pesan nonverbal ketika
dia mendeteksi konflik antara pesan verbal dan nonverbal yang dikirim
komunikator. Pertama, pesan verbal lebih mudah dipalsukan. Kedua, pesan nonverbal
terbentuk diluar kendali kesadaran individu.
Sinyal nonverbal biasanya dapat digunakan
untuk menebak apakah pembicara berbohong atau tidak. Sinyal-sinyal itu juga
sangat membantu untuk mengungkapkan kebenaran yang coba ditutup-tutupi oleh
kebohongan yang dideteksi.
5. Pesan
dapat digunakan dalam metakomunikasi
Seperti telah dijelaskan pada bagian
Tinjauan Psikologis Terhadap Peran Pesan Nonverbal di atas, pesan nonverbal
memiliki fungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan untuk mencapai
komunikasi yang berkualitas tinggi. Pesan metakomunikatif berfungsi memberikan
informasi tambahan untuk memperjelas maksud. Hal itu dilakukan dengan
memberdayakan fungsi aksentuasi, repetisi, subsitusi, kontradiksi, dan
komplemen pesan nonverbal bagi pesan verbal.
No comments:
Post a Comment