Pages

Saturday, December 28, 2019

Laporan Penelitian PAR


( KUALITAS KELOMPOK TANI DAN KELOMPOK TERNAK YANG ADA DI DESA LONJOBOKO KECAMATAN PARANGLOE KABUPATEN GOWA )

DI SUSUN
KELOMPOK 5
 RISTA TAJUDDIN               ( 105611119517 )
 NURMAYANTI                    ( 105611119417 )
 SUCI AMALIA                      ( 105611119217 )
 NURMIANTI                         ( 105611119617 )
 GUSTI MAULANA ARIF    ( 105611118717 )
 AKBAR                                  ( 105611118017 )
 ZULPIKAR                            ( 105611119017 )


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

 TAHUN AJARAN 2019


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kami, melalui proses yang cukup memerlukan konsentrasi, energi dan pikiran, kami telah melaksanakan tahapan proses yang menjadi sebuah tugas kuliah kami yang berjudul “  Kualitas Kelompok Tani Dan Kelompok Ternak Yang Ada Di Desa Lonjoboko Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa “. Pada laporan ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Penyusunan menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membaca.  
Makassar, 16 Desember 2019
                              Penyusun,


        Kelompok 5



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………...............................……………........................
DAFTAR ISI ………………................………….……………............................
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar  Belakang …………………………………....………………………..
B.     Rumusan Masalah ……………….....................………………….................
C.     Tujuan penulisan ………………………...............…………………....….. ..
BAB II PEMBAHASAN
A.    Usaha kelompok tani dan ternak dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat desa lonjoboko kecamatan parangloe kabupaten gowa .................................
B.     Faktor pendukung dan penghambat peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa Lonjoboko Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa ...........................
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan ………………………………….…........................................... 15
B.     Saran …………………………..................................…………..............….. 15
DAFTAR PUSTAKA ………................……………….........................……..…… 16
LAMPIRAN .............................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Desa Lonjoboko  yang berada di Wilayah Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal­ usul dan adat istiadat yang diakui dan dihormati dalam Sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sebagai kesatuan masyarakat hukum, Desa perlu untuk selalu memikirkan bagaimana kondisi Desanya dimasa yang akan datang, sehingga Desa tersebut bertambah maju. Desa Lonjoboko tidak berbeda dengan desa-desa lain di Wilayah Kecamatan Parangloe dan Kabupaten Gowa secara umum yang masih menghadapi  permasalahan yang mendasar diberbagai bidang, baik Pembangunan Fisik maupun Pembangunan Non Fisik. Akibat dari pembangunan yang belum menyeluruh ke semua bidang yang ada sehingga mengakibatkan hasil pembangunan yang dicapai menimbulkan kesenjangan antar dusun di desa dan antar kelompok masyarakat di desa.
Kelompok Tani Hutan
Kelompok Ternak
Padi
Ayam
Jagung
Sapi
Dll
Dll

Kondisi Kesejahteraan Masyarakat Lonjoboko Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa yaitu :
1.      Dari Aspek Perekonomian Masyarakat Desa
Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Lonjoboko berdasarkan dengan data yang telah di peroleh dari Kajian Peringkat Kesejahteraan Masyarakat ( PKM ) bahwa masyarakat Desa Lonjooko yang dilihat dari  8 ( delapan ) aspek yaitu Rumah , Pekerjaan , pendidikan , Lahan , kendaraan , Ternak , Penerangan dan kemampuan berobat masyarakat yang diperoleh  melalui sensus social Desa Lonjoboko menghasilkan bahwa di Desa Lonjoboko 20% sudah dapat dikatakan masyarakat sejahtera, 30% masyarakat  sejahtera 1, 30%  masyarakat  sejahtera 2 dan 20% tergolong masyarakat  pra sejahtera.
2.      Pekerjaan Pokok dan Sampingan Masyarakat
            Masyarakat Desa yang ada adalah mayoritas hidup dengan mata pencaharian petani utamanya petani padi, namun karena adanya musibah longsoran Gunung Bawakaraeng pada tahun 2004 yang lalu, maka praktis banyak masyarakat kehilangan sawah karena tertimbun Lumpur yang sekarang tinggallah hamparan batu, pasir dan sertu dan atas berkah  atau hikma dari musibah tersebut justru banyak warga desa lonjoboko yang menikmati kondisi tersebut sebagai sumber mata pencaharian yaitu menjadi penambang tambang galian Golongan C dan juga sebagian menjadi buruh dan karyawan pada pabrik pemecah batu (stone cruiser) yang telah berdiri dan beropersi sebanyak 7 buah pabrik batu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada rekapitulasi di bawah ini.
Rekapitulasi  Pekerjaan Pokok Kepala Keluarga (KK)
Desa Lonjoboko  Tahun 2015
Kondisi sarana dan prasarana umum desa Bilalang secara garis besar adalah sebagai   berikut :
a.       Mata Pencaharian
      Karena Desa Bilalang  merupakan Desa Pertanian, maka sebagian besar  penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, selengkapnya sebagai berikut :
                                     TABEL 
                                MATA PENCAHARIAN
PETANI
PEDAGANG
PEGAWAI
(PNS,TNI,POLRI& SWASTA)
WIRASWASTA
TUKANG
BURUH
SOPIR
Lain2
275
57
23
10
49
235
44
11
Rekapitulasi tersebut diatas Menyimpulkan  bahwa jenis pekerjaan pokok yang paling banyak digeluti masyarakat di Desa lonjoboko adalah petani. Sebagian masyarakat Desa Lonjoboko ada juga yang memiliki 2 pekerjaan (pokok dan sampingan) yakni ada yang bekerja sebagai petani sawah , dan ada juga yang bekerja di bidang pemerintahan (PNS) kemudian dia juga bekerja di bidang pertanian.
b.      Sektor Pertanian
Desa Lonjoboko  sebagai desa yang sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani dengan bercocok tanam seperti padi, jagung , ubi kayu,  kacang-kacangan   serta pisang  yang  biasanya di tanam di kebun , sedangkan untuk lahan kebun selain tanaman diatas juga ditanami tanaman jangka panjang meskipun tidak seberapa yaitu mangga dan sukun . Hasil budidaya tanaman tersebut pada umumnya dijadikan sumber makanan pokok , bahkan ada yang langsung ke kebun membeli kemudian menjual ke dusun-dusun atau bahkan  dijual ke pasar desa  atau   pasar  luar desa.  Sebagian  petani yang punya lahan berdekatan dengan sumber air mereka dapat menanam berbagai macam jenis tanaman jangka pendek. Sebelum melakukan penanaman umumnya didahului dengan penyiapan lahan, bibit, penanaman, perawatan tanaman dengan cara melakukan penyiraman, penyiangan dan pemupukan sampai kepada pemanenan dan pengolahan pasca panen.
c.       Sektor Peternakan
Masyarakat  Desa Lonjoboko  tidak semuanya memiliki ternak , mereka yang memiliki ternak sebagian  pemilik ternak  memanfaatkan ternaknya bukan untuk usaha melainkan menggunakan tenaga ternaknya   untuk membajak lahan pertanian sehingga yang dimiliki oleh warga hanya berkisar 1-2 ekor.
Pada umumnya masyarakat mengandangkan hewan ternaknya di sekitar rumah bahkan ada yang di kolom rumah sehingga jika dilihat dari segi kesehatan lingkungan sangat terganggu  karena menimbulkan aroma tak sedap terutama pada musim hujan tiba. 
Jumlah kepemilikan hewan ternak oleh penduduk Desa Lonjoboko adalah sebagai berikut :
d.      Sektor Jasa
Masyarakat Desa Lonjoboko yang memiliki pekerjaan pada sector jasa ada bermacam-macam seperti sebagai pengusaha , guru , sopir dan tukang .dan ada beberapa orang yang bekerja sebagai karyawan pada pertambangan . Mereka yang mempunyai usaha jual beli umumnya hanya menjual kebutuhan sehari-hari rumah tangga dan makanan kecil , sebagian sebagai penjual di pasar secara berkeliling di setiap pasar dan ada juga yang menjual di lokasi tempat tinggalnya.  
3.      Kondisi Perumahan dan Pemukiman Penduduk
Berdasarkan data yang diperoleh , pemukiman penduduk Desa Lonjoboko merata terletak di sepanjang jalan Poros Sungguminasa – Malino yang ada di 4 dusun , dan sebagian terletak di Kampung Bikokoro dan Kampung Asana. Dan berdasarkan kajian CLAPP GSI dalam Peringkat Kesejahteraan Masyarakat bahwa kondisi perumahan yang ada di Desa Lonjoboko 20% sudah dapat dikatakan rumah sejahtera, 30% rumah sejahtera 1, 30% rumah sejahtera 2 dan 20% tergolong rumah pra sejahtera.
Keadaan Umum Wilayah
a.       Letak Geografis dan Batas Wilayah
Desa Lonjoboko merupakan salah satu dari 5 (Lima) Desa dan 2 (Dua) Kelurahan di Kecamatan  Parangloe di Kabupaten Gowa yang terletak paling Timur di Wilayah Kecamatan Parangloe yang berbatasan dengan Kecamatan Parangloe dengan Luas wilayah Desa Lonjoboko adalah : 48,15 KM².
Batas Wilayah Desa Lonjoboko Kecamatan Parangloe sebagai berikut :
o   Sebelah Utara berbatasan dengan       : Desa Bontokassi Kec. Parangloe
o   Sebelah Timur berbatasan dengan      :  Desa Parigi , Kec. Tinggomoncong
o   Sebelah selatan berbatasan dengan     : Desa Tamalatea, Kec. Manuju
o   Sebelah Barat berbatasan dengan        : Desa Bontokassi, Kec.Parangloe
Desa Lonjoboko berbentuk memanjang dari Barat ke Timur arah Ibukota Kabupaten Gowa yang  terdiri atas 4 dusun yakni Dusun Tombongi  yang terletak di paling Barat berbatasan dengan Desa Bontokassi . Kemudian Dusun Kampung Beru , Dusun Galesong dan yang paling Timur adalah Dusun  Bontoloe yang berbatasan dengan Kec. Tinggimoncong.
b.       Luas Wilayah Desa Dalam Tata Guna Lahan
   Luas Wilayah Desa  Lonjoboko  = 10.763  km².  terdiri dari
NO
Dusun
Luas Wilayah
1
Dusun Bontoloe
2.812 Km²
2.
Dusun Galesong
5.507 Km²
3.
Dusun Kampung Beru
1.729 km²
4.
Dusun Tombongi
713 km²

c.       Topografi Desa
Desa Lonjoboko berada dalam ketinggian 560 -  700 M diatas permukaan laut (DPL). Kondisi wilayah Desa Lonjoboko 80-90 % terdiri dari dataran tinggi dan pegunungan serta desa Lonjoboko memanjang sepanjang 17 KM dari Jalan Poros Sunggu Minasa menuju Malino.
d.      Iklim dan Curah Hujan
Desa Lonjoboko memiliki iklim yang sama dengan desa-desa lain yang ada di wilayah Kabupaten Parangloe  yakni iklim tropis karena curah hujannya sangat rendah, memiliki dua tipe musim yakni musim kemarau dan musim hujan sehingga dengan tipe iklim seperti ini  maka daerah tersebut dapat di Tanami 1 kali tanaman padi dan 2 kali tanaman palawija dalam setahun dengan jumlah air yang cukup tersedia 
Musim kemarau rata-rata berlangsung antara bulan Juni sampai September dan musim hujan terjadi mulai bulan Desember sampai Maret  , keadaan seperti ini berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan yaitu bulan April – Mei dan Oktober – November  setiap tahunnya.
e.       Hidrologi dan Tata Air
Wilayah Desa Lonjoboko adalah wilayah yang sangat potensial untuk lahan pertanian holtikultura. Sumber air pada desa ini terlihat ada dua (2) aspek yaitu air permukaan dan air tanah. Untuk air permukaan dapat dilihat dengan adanya sungai kecil dan irigasi yang dapat difungsikan sebagi saluran untuk areal persawahan, sedangkan kondisi air tanah terlihat dengan adanya beberapa sumur sebagai penunjang utama dalam memenuhi kebutuhan hidup masyarakat dalam hal penyediaan air bersih rumah tangga dan sebagian untuk pertanian.
2.      Kondisi Penduduk
Sementara itu kondisi Sosial Budaya masyarakat Desa Lonjoboko, berdasarkan dengan data penduduk yang ada, penduduk Desa Lonjoboko 100% adalah pemeluk Agama Islam, serta 99 % Suku Makassar selebihnya adalah Suku Bugis hasil perkawinan antar suku namun toleransi dan kerukunan tetap terjalin yang menjunjung tinggi Budaya Bugis Makassar yaitu “Siri´ na Pacce, Sipassiriki, Sipappaccei, Sipakatau dan Sipakalabbiri”.
Perspektif budaya masyarakat di Desa Lonjoboko masih sangat kental dengan budaya  Makassar, walaupun budaya-budaya dari suku lain misalnya Bugis dan budaya dari suku lainnya juga ada. Hal ini dapat dimengerti karena hampir semua Desa dan di Kabupaten Gowa masih kuat pengaruh  Kerajaan Gowa.
Dari latar belakang budaya, kita bisa melihat aspek budaya dan social yang berpengaruh dalam kehidupan masyarakat. Didalam hubungannya dengan agama yang dianut misalnya, Islam sebagai agama mayoritas dianut masyarakat, dalam menjalankannya sangat kental tradisi budaya Makassar.
Tradisi budaya Makassar sendiri berkembang dan banyak dipengaruhi ritual-ritual atau kepercayaan masyarakat sebelum agama Islam masuk. Hal ini menjelaskan mengapa peringatan – peringatan keagamaan yang ada dimasyarakat terutama Islam,  karena dipeluk mayoritas masyarakat, dalam menjalankannya muncul kesan nuansa tradisinya. Atau kegiatan-kegiatan budaya yang bercampur dengan nuansa agama Islam. Contoh yang kita biasa lihat adalah peringatan Maulid dan Isra’ Mi’raj, serta peringatan tahun Baru Hijriah.
 Secara individual didalam keluarga masyarakat Desa Lonjoboko, tradisi Makassar lama dipadu dengan agama Islam, juga tetap dipegang. Tradisi ini dilakukan selain sebagai kepercayaan yang masih diyakini sekaligus digunakan sebagai bagian cara untuk bersosialisasi dan berinteraksi di masyarakat. Misalnya  : Tradisi appassili’ dan assapu’ dilaksanakan pada saat usia kehamilan memasuki usia tujuh bulan, akikah pada bayi baru lahir.
Tetapi yang perlu diwaspadai adalah muncul dan berkembangnya pemahaman keyakinan terhadap agama ataupun kepercayaan tidak berakar dari pemahaman terhadap tradisi dan budaya masyarakat yang sudah ada. Hal ini mengakibatkan munculnya kerenggangan sosial di masyarakat dan gesekan antara masyarakat.
3.      Jumlah Penduduk menurut jenis kelamin 
Jumlah penduduk Desa Lonjoboko menurut jenis kelamin dapat di jabarkan dalam tabel jumlah per dusun  berdasarkan data yang ada di desa adalah sebagai berikut:
Tabel : Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin.
NO
DUSUN
JMLH KK
JUMLAH PENDUDUK
L
P
JML
1
Bontoloe
160
318
314
632
2
Galesong
145
296
316
612
3
Kampong Beru
136
288
259
547
4
Tombongi
180
350
383
733
TOTAL
621
1.252
1.272
2.524
Sumber data : Laporan penduduk     
Dari hasil  data diatas maka Rekapitulasi jumlah penduduk Desa Lonjoboko, sebagai berikut :
~ Kepala Keluarga (KK)                    =  621  KK
~ Laki – Laki                                       = 1.252 Jiwa
~ Perempuan                                      = 1.272 Jiwa
~ Jumlah                                             = 2.524 Jiwa
4.      Jumlah Penduduk menurut Usia
Jumlah penduduk Desa Lonjoboko menurut usia  dapat di jabarkan dalam tabel jumlah per dusun  berdasarkan data yang ada di desa adalah sebagai berikut:
Data Penduduk Menurut Usia
Tabel  Dusun Bontoloe Desa Lonjoboko
No
USIA
Jenis kelamin
Jumlah
Presentase
( % )
L
P
1
0 – 4
26
30
56
8,86 %
2
5 – 9
35
29
64
10,12 %
3
10 – 14
41
36
77
12,18 %
4
15 – 19
36
32
68
10,76 %
5
20 – 24
26
28
54
8,54 %
6
25 – 29
28
22
50
7,91 %
7
30 – 34
14
20
34
5,38 %
8
35 – 39
21
24
45
7,12 %
9
40 – 44
24
20
44
6,97 %
10
45 – 49
20
20
40
6,32 %
11
50 – 54
13
16
29
4,59 %
12
55 – 59
11
9
20
3,16 %
13
60 – 64
5
11
16
2,53 %
14
> 65
17
18
35
5,54 %
T o t a l
317
315
632
100 %

            Data Penduduk Menurut Usia Dusun Galesong Desa Lonjoboko
No

USIA
Jenis kelamin

Jumlah
Presentase
( % )
L
P
1
0 – 4
30
22
52
8.65 %
2
5 – 9
29
33
62
10.31 %
3
10 – 14
33
24
57
9.48 %
4
15 – 19
26
24
50
8.31 %
5
20 – 24
25
38
63
10.48 %
6
25 – 29
21
37
58
9.65 %
7
30 – 34
19
19
38
6.32 %
8
35 – 39
22
28
50
8.31 %
9
40 – 44
23
21
44
7.32 %
10
45 – 49
9
17
26
4.32 %
11
50 – 54
16
15
31
5.15 %
12
55 – 59
14
13
27
4.49 %
13
60 – 64
2
6
8
1.33 %
14
> 65
19
16
35
5.82 %
T o t a l
288
601
100 %


Tabel 5.3.
Data Penduduk Menurut Usia Dusun Kamp. Beru Desa Lonjoboko
No
USIA
Jenis kelamin
Jumlah
Presentase
( % )
L
P
1
0 – 4
25
20
45
8.15
2
5 – 9
30
26
56
10.14
3
10 – 14
30
27
57
10.32
4
15 – 19
28
19
47
8.51
5
20 – 24
27
24
51
9.23
6
25 – 29
21
24
45
8.15
7
30 – 34
24
28
52
9.42
8
35 – 39
22
24
46
8.33
9
40 – 44
24
17
41
7.42
10
45 – 49
16
14
30
5.43
11
50 – 54
15
16
31
5.61
12
55 – 59
12
9
21
3.80
13
60 – 64
8
4
12
2.17
14
> 65
7
11
18
3.26
T o t a l
289
263
552
100 %

Data Penduduk Menurut Usia Dusun Tombongi Desa Lonjoboko
No
USIA
Jenis kelamin
Jumlah
Presentase
( % )
L
P
1
0 – 4
33
37
70
9.33 %
2
5 – 9
37
40
77
10.26 %
3
10 – 14
45
37
82
10.93 %
4
15 – 19
24
42
66
8.8 %
5
20 – 24
32
30
62
8.26 %
6
25 – 29
32
43
75
10 %
7
30 – 34
29
35
64
8.53 %
8
35 – 39
32
34
66
8.8 %
9
40 – 44
17
22
39
5.2 %
10
45 – 49
16
16
32
4.26 %
11
50 – 54
16
19
35
4.66 %
12
55 – 59
18
13
31
4.13 %
13
60 – 64
7
10
17
2.26 %
14
> 65
22
12
34
4.53 %
T o t a l
360
390
750
100   

5.      Tingkat kemiskinan
Desa Lonjoboko banyak faktor penyebab dari sudut pandang ekonomi,  kondisi ekonomi masyarakat yang mempunyai keterbatasan modal, sarana – prasarana dalam menjalankan profesinya sebagai petani . Untuk faktor pertanian, umumnya disebabkan karena rendahnya modal sumber daya manusia, sumber daya alam, keuangan, infrastruktur dan sosial. Modal sumber daya manusia meliputi keterampilan, ilmu pengetahuan, kemampuan untuk bekerja keras dan kesehatan. Modal sumber daya akan mencakup tingkat kepemilikan dan kesuburan tanah serta sumber daya alam lainnya. Modal keuangan berkaitan dengan kesulitan memperoleh bantuan dana dari lembaga- lembaga keuangan. Modal infrastruktur terutam menyangkut keterbatasan penyediaan fisik, seperti : jaringan irigasi, serta sarana-prasarana lainnya yang memakai untuk memasarkan hasil-hasil produksi pertanian. Isu gender yang termasuk dalam kategori ini, umumnya perempuan memiliki persepsi yang lebih beragam mengenai definisi kemiskinan dibandingkan laki-laki. Persepsi perempuan mengenai kemiskinan tidak hanya berkaitan dengan akses terhadap pendapatan, kepemilikan aset, kualitas pendidikan dan kesehatan, pangan serta peluang dan kesempatan tetapi juga meliputi aspek-aspek kehidupan keluarga, seperti kehormatan, rumah tangga, rasa aman, gaya hidup dan komunikasi sosial. Kemiskinan yang dialami oleh masyarakat Desa Lonjoboko pada umunya ditandai dengan rendahnya akses terhadap sumber daya. Padahal akses tersebut merupakan peluang untuk menggunakan sarana–prasarana dalam melakukan proses produksi. Keterbatasan akses tersebut mencakup akses terhadap penggunaan teknologi, informasi, kredit, pelayanan kesehatan,sumber energi dan telekomunikasi.
Faktor – faktor penyebab kemiskinan antara lain :
1.      Terbatasnya Kesempatan Kerja dan Berusaha. Kesempatan kerja di sektor modern kurang disebabkan karena Sumber Daya yang dimiliki terbatas .
2.      Terbatasnya Akses Terhadap Faktor Produksi Keterbatasan akses terhadap modal usaha yang di sebabkan oleh berbagai factor sbb :
a.       Aset lahan pertanian berkurang akibat terkikis air sungai Jeneberang pasca longsoran Gunung Bawakaraeng
b.      Rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan.
c.       Kelemahan dan kepedulian untuk memperkuat institusi/ lembaga yang ada di Desa Lonjoboko.
3.      Rendahnya Kepemilikan Aset   Keterbatasan kepemilikan aset ini akan menyebabkan terbatasnya kesempatan bagi masyarakat miskin untuk dapat melakukan kegiatan usaha atrau produksi. Menurut hasil suspenas tahun 2002 menunjuikkan bahwa jenis aset yang umumnya dimiliki masyarakat miskin hanya berupa sebidang tanah. Sehingga mata pencaharian tetap mereka hanya sebagai petani .
4.      Tingkat kemiskinan Desa Lonjoboko Jumlah usia produktif lebih banyak dibanding dengan usia anak-anak dan lansia. Perbandingan usia anak-anak, produktif, dan lansia adalah sebagai berikut: 21% : 61% : 18%. Dari 2008 jumlah penduduk yang berada pada kategori usia produktif laki-laki dan perempuan jumlahnya hampir sama / seimbang.
Untuk Desa Lonjoboko Jumlah KK Sedang  mendominasi yaitu 29,2 % dari total KK, KK sejahtera 1 = 24 %, KK Pra Sejahtera = 17,9 %   KK Sejahtera 2 = 16,3 %. dan KK Sejahtera    12,5 %. Dengan banyaknya KK prasejahtera inilah maka Desa Lonjoboko  termasuk dalam Desa yang mau membangun dengan memanfaatkan aset yang dimiliki Desa.
6.      Tingkat Pendidikan Masyarakat
Kesadaran tentang pentingnya pendidikan terutama pendidikan 9 tahun baru terjadi beberapa tahun ini sehingga jumlah lulusan SD dan SLTP mendominasi peringkat Pertama, yang antara lain dutunjang dengan adanya Program Pendidikan Gratis yang di galakkan Di Kabupaten Gowa sehingga masyarakat merasa enteng dalam mendorong anak-anak usia didik untuk bersekolah di jenjang Sekolah Dasar dan Lanjutan.
Pendidikan juga merupakan salah satu hal penting dalam memajukan tingkat kesejahteraan pada umumnya dan tingkat perekonomian pada khususnya. Pada Kajian Alat Peringkat Kesejahteraan Masyarakat , Pendidikan merupakan aspek ketiga yang menjadi indicator dalam penggolongan masyarakat sejahtera dan pra sejahtera. Disamping itu Dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka akan mendongkrak tingkat kecakapan. Tingkat kecakapan juga akan mendorong tumbuhnya keterampilan kewirausahaan dan pada gilirannya akan mendorong munculnya lapangan pekerjaan baru. Dengan demikian akan membantu program pemerintah untuk pembukaan lapangan kerja baru guna mengatasi pengangguran. Pendidikan biasanya mempermudah menerima informasi yang lebih maju.
Tingkat Pendidikan masyarakat Desa Lonjoboko hingga awal  2015  adalah :
                                              TABEL 
                                TINGKAT PENDIDIKAN
Pra Sekolah
SD
SMP
SLTA
Sarjana

-
837
250
238
25

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana usaha kelompok tani dan ternak dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat desa lonjoboko kecamatan parangloe kabupaten gowa?
2.      Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa Lonjoboko Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Dapat mengetahui bagaimana usaha kelompok tani dan ternak dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat desa lonjoboko kecamatan parangloe kabupaten gowa
3.      Dapat mengetahui faktor pendukung dan penghambat peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa Lonjoboko Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa

Baca Juga :

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Usaha Kelompok Tani Dan Ternak Dalam Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Desa Lonjoboko Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa
Kesejahteraan masyarakat Desa Lonjoboko berdasarkan harta benda dan tingkat pendapatannya tentunya sudah termasuk kategori sejahtera, hal ini sesuai dengan penuturan dari beberapa warga masyarakat yang ada di Desa Lonjoboko yang menjadi informan dalam penelitian, salah satunya menurut H. Mustafa sebagai Ketua kelompok tani Di Desa Lonjoboko mengatakan “Bahwa masyarakat Desa lonjoboko memiliki 5 kelompok tani yang terdiri dari 4 Dusun. Selama kurang lebih satu tahun GAPOKTAN mengeluarkan anggaran sekitar 50 Juta Rupiah dari 206 pengguna untuk melayani perbaikan, pembelian pupuk dan usaha-usaha lainnya, dalam meningkatkan kelompok usaha tani tersebut. Kelompok yang ada sudah mencapai peningkatan pendapatan masyarakat selama adanya kelompok tersebut.
Dari wawancara yang disampaikan oleh ibu astina bahwa sebagai sekertaris desa dengan adanya kelompok masyarakat sangat antusias dan mengalami perubahan-perubahan baik dari sisi ekonomi maupun sosialnya. Oleh karena itu sekarang sudah biasa disaksikan bahwa sudah mengalami perubahan dibanding dengan sebelum dibentuknya kelompok tani maupun ternak tersebut. Di mengatakan “ untuk sekarang mata pencaharian masyarakat itu adalah petani, buruh tambang, dan mayoritas mata pecaharian masyarakat itu kelompok tani hutan dan kelompok tani ternak yang dimana dikelola dengan sangat baik oleh masyarakat setempat”.
Karena dengan adanya kelompok tani  sebagai kelompok belajar, yaitu wadah mengajar bagi anggotanya guna meningkatkan pengetahuan,keterampilan dan sikap serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani sehingga produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan menjadi lebih sejahtera. Kelompok tani sebagai unit produksi usaha tani yang dilaksanakan secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu-kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
Dengan saling mengenal, akrab dan saling percaya antar sesama anggota, mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam berusaha tani serta memiliki kesamaan dalam tradisi atau pemukiman, hamparan usaha, jenis usaha, status ekonomi atau sosial, bahasa, pendidikan dan juga terdapat pembagian tugas dan tanggung jawab sesama anggota berdasarkan kesepakatan bersama.
            Di Desa Lonjoboko permasalahan secara umum dijabarkan sebagai berikut :
Ø  Bidang Pertanian
1.            Saluran irigasi yang belum tertata dengan baik
2.            Perkumpulan petani belum berjalan dengan baik
3.            Masih dijumpai perselisihan antar petani mengenai air terutama pada musim kemarau.
Ø  Bidang Partisipasi Masyarakat
1.      Partisipasi masyarakat dalam pertemuan masih kurang
2.      Kegiatan Gotong royong yang masih pilah pilih
3.      Masih rendahnya tingkat kesadaran masyarakat dalam kegiatan social
Yang masih perlu di tingkatkan :
1.      Pertanian
ü  Peningkatan pendapatan melalui peningkatan hasil produksi dengan pemanfaatan saprodi ( sarana produksi yaitu bahan yang sangat menentukan di dalam budidaya tanaman ) secara memadai.
ü  Peningkatan Kesejahteraan Petani dengan penjualan hasil produksi yang meningkat.
Sektor Pertanian
1.       Saluran irigasi di Bolonga kekurangan air
2.       Persawahan di Aloe Dusun Bonto Manai kekeringan 500 M
3.       Persawahan di Boko Bili Dusun Benteng rajaya kekurangan air 2000 M
4.       Lambat dan menurunya proses hasil pertanian ( padi )
5.       Persawahan di batu’ Bulua kekeringan pada musim kemarau
6.       Tidak adanya sanggar tani untuk pertemuan kelompok tani
7.       Terbatasnya bibit padi dan jagung
8.       Kurangnya SDM petani dalam usaha peningkatan hasil pertanian

Kekurangan Sektor Pertanian Dan Sektor Peternakan Dalam Bidang Ekonomi Di Desa Lonjoboko

Sektor Peternakan
1.       Unggas di Desa Bilalang sering terjangkit penyakit  
2.       Tenaga Medis kesehatan hewan di Desa Bilalag
3.       Terbatasnya ketersediaan bibit sapi













B.     Faktor Pendukung Dan Penghambat Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Desa Lonjoboko Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa
Faktor pendukung dan penghambat kelompok tani dan ternak dalam peningkatan kesejahteraan desa lonjoboko kecamatan parangloe kabupaten gowa yaitu :
Peningkatan Kesejahteraan Desa Lonjoboko


Faktor Pendukung
1.       Adanya konstribusi pemerintah setempat dalam mengapresiasi dalam meningkatkan usaha-usaha yang dilakukan oleh kelompok tani dan ternak tersebut.
2.       Terjalinnya kerja sama yang lebih akrab dan saling membantu dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan peningkatan hasil tani maupun ternak dalam setiap kelompok.

Faktor Penghambat
a.       Susah dalam mengumpulkan anggota kelompok tani padi dalam musyawarah atau mengadakan pertemuan.
b.       Masih kurangnya fasilitas yang memadai yang dapat mendukung jalannya kegiatan pertanian maupun peternakan.








Faktor Penghambat
1.      Susah dalam mengumpulkan anggota kelompok tani padi dalam musyawarah atau mengadakan pertemuan.
Di desa lanjoboko salah satu faktor penghambat yaitu pengumpulan anggota kelompok tani maupun ternak karena dengan kesibukan masing – masing anggota baik itu urusan keluarga maupun urusan lainnya itulah salah satu alasan umum sehingga dalam permusyawaratan atau pengadaan pertemuan kurangnya anggota kelompok yang hadir.
2.      Masih kurangnya fasilitas yang memadai yang dapat mendukung jalannya kegiatan pertanian maupun ternak.
Salah satu faktor lain yaitu fasilitas yang kurang memadai, dengan usaha di setiap anggota kelompok yang ada di desa pasti membutuhkan fasilitas yang dapat mendukung jalannya kegiatan kelompok tani maupun kelompok ternak itulah salah satu faktor penghambat dalam meningkatkan kesejahtraan masyarakat di desa lanjoboko kecamatan parangloe kabupaten gowa.
Faktor Pendukung
1.      Adanya konstribusi pemerintah setempat dalam mengapresiasi dalam meningkatkan usaha-usaha yang dilakukan oleh kelompok tani dan ternak tersebut.
Dengan adanya kelompok tani dan ternak  yang terbangun di desa lonjoboko yang di dalamnya terdapat anggota masyarakat yang secara baik dalam membangun serta aktif dalam berbagai aktifitas atau kegiatan yang ada, walaupun tidak semua anggota yang secara aktif dalam menjalankan berbagai kegiatan, dan di dukung dengan adanya kontribusi pemerintah setempat dalam mengapresiasi dalam meningkatkan usaha-usaha yang dilakukan oleh kelompok tani dan ternak tersebut. Dengan itu dapat menumbuhkan semangat yang lebih tinggi bagi anggota kelompok masyarakat tani maupun ternak untuk lebih berpartisipasi dan menumbuhkan kesadaran dan antusias lebih dalam meningkatkan kesejahtraan masyarakat.
2.      Terjalinnya kerja sama yang lebih akrab dan saling membantu dalam memenuhi kebutuhan - kebutuhan peningkatan hasil tani dan ternak dalam setiap kelompok.
Dengan adanya kelompok tani dan ternak pasti membutuhkan kerja sama yang baik dalam setiap kelompok dalam menjalankan berbagai kegiatan dengan terciptanya saling membantu dalam memenuhi kebutuhan - kebutuhan peningkatan hasil tani dan ternak dalam setiap kelompok yang ada.
                                                                                   
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
                  Meskipun masih terdapat hambatan-hambatan kecil dalam membangun dan mengarahkan partisipasi masyarakat Desa Lonjoboko, namun secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa tingkat partisipasi masyarakat desa tersebut telah cukup memadai dalam rangka pelaksanaan pemberdayaan masyarakat di desa.
B.     Saran
Diharapkan kepada masyarakat Desa Lonjoboko khususnya masyarakat tani dan ternak agar senantiasa mendukung dengan memberikan respon yang positif pada setiap kegiatan. Dan bukan hanya itu masyarakat tentunya harus mendukung setiap organisasi yang membawa kearah kesejahteraan bersama, serta dapat meningkatkan kualitas kerjanya dalam setiap kelompok.



LAMPIRAN

                 
         














Semoga bermanfaat 



No comments:

Post a Comment