( KUALITAS KELOMPOK TANI DAN KELOMPOK TERNAK
YANG ADA DI DESA LONJOBOKO KECAMATAN PARANGLOE KABUPATEN GOWA )
DI SUSUN
KELOMPOK 5
RISTA
TAJUDDIN ( 105611119517 )
NURMAYANTI ( 105611119417 )
SUCI
AMALIA (
105611119217 )
NURMIANTI ( 105611119617 )
GUSTI
MAULANA ARIF ( 105611118717 )
AKBAR (
105611118017 )
ZULPIKAR ( 105611119017 )
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
TAHUN
AJARAN 2019
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kami, melalui
proses yang cukup memerlukan konsentrasi, energi dan pikiran, kami telah
melaksanakan tahapan proses yang menjadi sebuah tugas kuliah kami yang
berjudul “ Kualitas Kelompok Tani Dan Kelompok Ternak Yang Ada Di
Desa Lonjoboko Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa “. Pada laporan ini
kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan pengarahan dari berbagai pihak.
Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan
ini.
Penyusunan
menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
kesempurnaan laporan ini.
Akhir
kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga laporan ini dapat bermanfaat
untuk semua pihak yang membaca.
Makassar,
16 Desember 2019
Penyusun,
Kelompok 5
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR ……………...............................……………........................
DAFTAR ISI ………………................………….……………............................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………....………………………..
B. Rumusan Masalah
……………….....................………………….................
C. Tujuan penulisan ………………………...............…………………....…..
..
BAB II PEMBAHASAN
A. Usaha kelompok tani dan ternak dalam peningkatan
kesejahteraan masyarakat desa lonjoboko kecamatan parangloe kabupaten gowa
.................................
B. Faktor pendukung dan penghambat peningkatan
kesejahteraan masyarakat Desa Lonjoboko Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa
...........................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
………………………………….…........................................... 15
B. Saran …………………………..................................…………..............…..
15
DAFTAR PUSTAKA ………................……………….........................……..……
16
LAMPIRAN .............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Desa
Lonjoboko yang berada di Wilayah Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa
merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan asal usul dan adat istiadat yang diakui dan dihormati dalam Sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sebagai
kesatuan masyarakat hukum, Desa perlu untuk selalu memikirkan bagaimana kondisi
Desanya dimasa yang akan datang, sehingga Desa tersebut bertambah maju. Desa
Lonjoboko tidak berbeda dengan desa-desa lain di Wilayah Kecamatan Parangloe
dan Kabupaten Gowa secara umum yang masih menghadapi permasalahan
yang mendasar diberbagai bidang, baik Pembangunan Fisik maupun Pembangunan Non
Fisik. Akibat dari pembangunan yang belum menyeluruh ke semua bidang yang ada
sehingga mengakibatkan hasil pembangunan yang dicapai menimbulkan kesenjangan
antar dusun di desa dan antar kelompok masyarakat di desa.
Kelompok Tani
Hutan
|
Kelompok Ternak
|
Padi
|
Ayam
|
Jagung
|
Sapi
|
Dll
|
Dll
|
Kondisi Kesejahteraan Masyarakat Lonjoboko
Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa yaitu :
1. Dari Aspek Perekonomian Masyarakat Desa
Keadaan
Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Lonjoboko berdasarkan dengan data yang telah di
peroleh dari Kajian Peringkat Kesejahteraan Masyarakat ( PKM ) bahwa masyarakat
Desa Lonjooko yang dilihat dari 8 ( delapan ) aspek yaitu Rumah ,
Pekerjaan , pendidikan , Lahan , kendaraan , Ternak , Penerangan dan kemampuan
berobat masyarakat yang diperoleh melalui sensus social Desa Lonjoboko
menghasilkan bahwa di Desa Lonjoboko 20% sudah dapat dikatakan masyarakat
sejahtera, 30% masyarakat sejahtera 1,
30% masyarakat sejahtera 2 dan 20% tergolong
masyarakat pra sejahtera.
2. Pekerjaan Pokok dan Sampingan Masyarakat
Masyarakat
Desa yang ada adalah mayoritas hidup dengan mata pencaharian petani utamanya
petani padi, namun karena adanya musibah longsoran Gunung Bawakaraeng pada
tahun 2004 yang lalu, maka praktis banyak masyarakat kehilangan sawah karena
tertimbun Lumpur yang sekarang tinggallah hamparan batu, pasir dan sertu dan
atas berkah atau hikma dari musibah tersebut justru banyak warga
desa lonjoboko yang menikmati kondisi tersebut sebagai sumber mata pencaharian
yaitu menjadi penambang tambang galian Golongan C dan juga sebagian menjadi
buruh dan karyawan pada pabrik pemecah batu (stone cruiser) yang telah berdiri
dan beropersi sebanyak 7 buah pabrik batu. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada rekapitulasi di bawah ini.
Rekapitulasi Pekerjaan Pokok Kepala Keluarga
(KK)
Desa Lonjoboko Tahun 2015
Kondisi
sarana dan prasarana umum desa Bilalang secara garis besar adalah
sebagai berikut :
a. Mata Pencaharian
Karena
Desa Bilalang merupakan Desa Pertanian, maka sebagian
besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, selengkapnya
sebagai berikut :
TABEL
MATA
PENCAHARIAN
PETANI
|
PEDAGANG
|
PEGAWAI
(PNS,TNI,POLRI&
SWASTA)
|
WIRASWASTA
|
TUKANG
|
BURUH
|
SOPIR
|
Lain2
|
275
|
57
|
23
|
10
|
49
|
235
|
44
|
11
|
Rekapitulasi
tersebut diatas Menyimpulkan bahwa jenis pekerjaan pokok yang paling
banyak digeluti masyarakat di Desa lonjoboko adalah petani. Sebagian masyarakat
Desa Lonjoboko ada juga yang memiliki 2 pekerjaan (pokok dan sampingan) yakni
ada yang bekerja sebagai petani sawah , dan ada juga yang bekerja di bidang
pemerintahan (PNS) kemudian dia juga bekerja di bidang pertanian.
b. Sektor Pertanian
Desa
Lonjoboko sebagai desa yang sebagian besar masyarakatnya bermata
pencaharian sebagai petani dengan bercocok tanam seperti padi, jagung , ubi kayu, kacang-kacangan serta
pisang yang biasanya di tanam di kebun , sedangkan untuk
lahan kebun selain tanaman diatas juga ditanami tanaman jangka panjang meskipun
tidak seberapa yaitu mangga dan sukun . Hasil budidaya tanaman tersebut pada
umumnya dijadikan sumber makanan pokok , bahkan ada yang langsung ke kebun
membeli kemudian menjual ke dusun-dusun atau bahkan dijual ke pasar
desa atau pasar luar
desa. Sebagian petani yang punya lahan berdekatan dengan
sumber air mereka dapat menanam berbagai macam jenis tanaman jangka pendek.
Sebelum melakukan penanaman umumnya didahului dengan penyiapan lahan, bibit,
penanaman, perawatan tanaman dengan cara melakukan penyiraman, penyiangan dan
pemupukan sampai kepada pemanenan dan pengolahan pasca panen.
c. Sektor Peternakan
Masyarakat Desa
Lonjoboko tidak semuanya memiliki ternak , mereka yang memiliki
ternak sebagian pemilik ternak memanfaatkan ternaknya
bukan untuk usaha melainkan menggunakan tenaga ternaknya untuk
membajak lahan pertanian sehingga yang dimiliki oleh warga hanya berkisar 1-2
ekor.
Pada
umumnya masyarakat mengandangkan hewan ternaknya di sekitar rumah bahkan ada
yang di kolom rumah sehingga jika dilihat dari segi kesehatan lingkungan sangat
terganggu karena menimbulkan aroma tak sedap terutama pada musim
hujan tiba.
Jumlah
kepemilikan hewan ternak oleh penduduk Desa Lonjoboko adalah sebagai berikut :
d. Sektor Jasa
Masyarakat
Desa Lonjoboko yang memiliki pekerjaan pada sector jasa ada bermacam-macam
seperti sebagai pengusaha , guru , sopir dan tukang .dan ada beberapa orang
yang bekerja sebagai karyawan pada pertambangan . Mereka yang mempunyai usaha
jual beli umumnya hanya menjual kebutuhan sehari-hari rumah tangga dan makanan
kecil , sebagian sebagai penjual di pasar secara berkeliling di setiap pasar
dan ada juga yang menjual di lokasi tempat tinggalnya.
3. Kondisi Perumahan dan Pemukiman Penduduk
Berdasarkan
data yang diperoleh , pemukiman penduduk Desa Lonjoboko merata terletak di
sepanjang jalan Poros Sungguminasa – Malino yang ada di 4 dusun , dan sebagian
terletak di Kampung Bikokoro dan Kampung Asana. Dan berdasarkan kajian CLAPP
GSI dalam Peringkat Kesejahteraan Masyarakat bahwa kondisi perumahan yang ada
di Desa Lonjoboko 20% sudah dapat dikatakan rumah sejahtera, 30% rumah
sejahtera 1, 30% rumah sejahtera 2 dan 20% tergolong rumah pra sejahtera.
Keadaan Umum Wilayah
a. Letak Geografis dan Batas Wilayah
Desa
Lonjoboko merupakan salah satu dari 5 (Lima) Desa dan 2 (Dua) Kelurahan di
Kecamatan Parangloe di Kabupaten Gowa yang terletak paling Timur di
Wilayah Kecamatan Parangloe yang berbatasan dengan Kecamatan Parangloe dengan
Luas wilayah Desa Lonjoboko adalah : 48,15 KM².
Batas Wilayah Desa Lonjoboko Kecamatan
Parangloe sebagai berikut :
o Sebelah Utara berbatasan
dengan : Desa Bontokassi Kec.
Parangloe
o Sebelah Timur berbatasan
dengan : Desa Parigi , Kec.
Tinggomoncong
o Sebelah selatan berbatasan
dengan : Desa Tamalatea, Kec. Manuju
o Sebelah Barat berbatasan
dengan : Desa Bontokassi,
Kec.Parangloe
Desa
Lonjoboko berbentuk memanjang dari Barat ke Timur arah Ibukota Kabupaten Gowa
yang terdiri atas 4 dusun yakni Dusun Tombongi yang
terletak di paling Barat berbatasan dengan Desa Bontokassi . Kemudian Dusun
Kampung Beru , Dusun Galesong dan yang paling Timur adalah
Dusun Bontoloe yang berbatasan dengan Kec. Tinggimoncong.
b. Luas Wilayah Desa Dalam Tata Guna Lahan
Luas
Wilayah Desa Lonjoboko =
10.763 km². terdiri dari
NO
|
Dusun
|
Luas Wilayah
|
1
|
Dusun Bontoloe
|
2.812 Km²
|
2.
|
Dusun Galesong
|
5.507 Km²
|
3.
|
Dusun Kampung Beru
|
1.729 km²
|
4.
|
Dusun Tombongi
|
713 km²
|
c. Topografi Desa
Desa Lonjoboko berada dalam ketinggian 560
- 700 M diatas permukaan laut (DPL). Kondisi wilayah Desa Lonjoboko
80-90 % terdiri dari dataran tinggi dan pegunungan serta desa Lonjoboko
memanjang sepanjang 17 KM dari Jalan Poros Sunggu Minasa menuju Malino.
d. Iklim dan Curah Hujan
Desa
Lonjoboko memiliki iklim yang sama dengan desa-desa lain yang ada di wilayah
Kabupaten Parangloe yakni iklim tropis karena curah hujannya sangat
rendah, memiliki dua tipe musim yakni musim kemarau dan musim hujan sehingga
dengan tipe iklim seperti ini maka daerah tersebut dapat di Tanami 1
kali tanaman padi dan 2 kali tanaman palawija dalam setahun dengan jumlah air
yang cukup tersedia
Musim
kemarau rata-rata berlangsung antara bulan Juni sampai September dan musim
hujan terjadi mulai bulan Desember sampai Maret , keadaan seperti
ini berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan yaitu bulan
April – Mei dan Oktober – November setiap tahunnya.
e. Hidrologi dan Tata Air
Wilayah
Desa Lonjoboko adalah wilayah yang sangat potensial untuk lahan pertanian
holtikultura. Sumber air pada desa ini terlihat ada dua (2) aspek yaitu air
permukaan dan air tanah. Untuk air permukaan dapat dilihat dengan adanya sungai
kecil dan irigasi yang dapat difungsikan sebagi saluran untuk areal persawahan,
sedangkan kondisi air tanah terlihat dengan adanya beberapa sumur sebagai
penunjang utama dalam memenuhi kebutuhan hidup masyarakat dalam hal penyediaan
air bersih rumah tangga dan sebagian untuk pertanian.
2. Kondisi Penduduk
Sementara
itu kondisi Sosial Budaya masyarakat Desa Lonjoboko, berdasarkan dengan data
penduduk yang ada, penduduk Desa Lonjoboko 100% adalah pemeluk Agama Islam,
serta 99 % Suku Makassar selebihnya adalah Suku Bugis hasil perkawinan antar
suku namun toleransi dan kerukunan tetap terjalin yang menjunjung tinggi Budaya
Bugis Makassar yaitu “Siri´ na Pacce, Sipassiriki, Sipappaccei, Sipakatau dan
Sipakalabbiri”.
Perspektif
budaya masyarakat di Desa Lonjoboko masih sangat kental dengan
budaya Makassar, walaupun budaya-budaya dari suku lain misalnya
Bugis dan budaya dari suku lainnya juga ada. Hal ini dapat dimengerti karena
hampir semua Desa dan di Kabupaten Gowa masih kuat pengaruh Kerajaan
Gowa.
Dari
latar belakang budaya, kita bisa melihat aspek budaya dan social yang
berpengaruh dalam kehidupan masyarakat. Didalam hubungannya dengan agama yang
dianut misalnya, Islam sebagai agama mayoritas dianut masyarakat, dalam
menjalankannya sangat kental tradisi budaya Makassar.
Tradisi
budaya Makassar sendiri berkembang dan banyak dipengaruhi ritual-ritual atau
kepercayaan masyarakat sebelum agama Islam masuk. Hal ini menjelaskan mengapa peringatan
– peringatan keagamaan yang ada dimasyarakat terutama Islam, karena
dipeluk mayoritas masyarakat, dalam menjalankannya muncul kesan nuansa
tradisinya. Atau kegiatan-kegiatan budaya yang bercampur dengan nuansa agama
Islam. Contoh yang kita biasa lihat adalah peringatan Maulid dan Isra’ Mi’raj,
serta peringatan tahun Baru Hijriah.
Secara
individual didalam keluarga masyarakat Desa Lonjoboko, tradisi Makassar lama
dipadu dengan agama Islam, juga tetap dipegang. Tradisi ini dilakukan selain
sebagai kepercayaan yang masih diyakini sekaligus digunakan sebagai bagian cara
untuk bersosialisasi dan berinteraksi di masyarakat. Misalnya :
Tradisi appassili’ dan assapu’ dilaksanakan pada saat usia kehamilan memasuki
usia tujuh bulan, akikah pada bayi baru lahir.
Tetapi
yang perlu diwaspadai adalah muncul dan berkembangnya pemahaman keyakinan
terhadap agama ataupun kepercayaan tidak berakar dari pemahaman terhadap
tradisi dan budaya masyarakat yang sudah ada. Hal ini mengakibatkan munculnya
kerenggangan sosial di masyarakat dan gesekan antara masyarakat.
3. Jumlah Penduduk menurut jenis kelamin
Jumlah
penduduk Desa Lonjoboko menurut jenis kelamin dapat di jabarkan dalam tabel
jumlah per dusun berdasarkan data yang ada di desa adalah sebagai
berikut:
Tabel
: Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin.
NO
|
DUSUN
|
JMLH KK
|
JUMLAH PENDUDUK
|
||
L
|
P
|
JML
|
|||
1
|
Bontoloe
|
160
|
318
|
314
|
632
|
2
|
Galesong
|
145
|
296
|
316
|
612
|
3
|
Kampong Beru
|
136
|
288
|
259
|
547
|
4
|
Tombongi
|
180
|
350
|
383
|
733
|
TOTAL
|
621
|
1.252
|
1.272
|
2.524
|
Sumber
data : Laporan penduduk
Dari hasil data diatas maka
Rekapitulasi jumlah penduduk Desa Lonjoboko, sebagai berikut :
~ Kepala Keluarga
(KK) = 621 KK
~ Laki –
Laki =
1.252 Jiwa
~
Perempuan =
1.272 Jiwa
~
Jumlah =
2.524 Jiwa
4. Jumlah Penduduk menurut Usia
Jumlah
penduduk Desa Lonjoboko menurut usia dapat di jabarkan dalam tabel
jumlah per dusun berdasarkan data yang ada di desa adalah sebagai
berikut:
Data
Penduduk Menurut Usia
Tabel Dusun
Bontoloe Desa Lonjoboko
No
|
USIA
|
Jenis kelamin
|
Jumlah
|
Presentase
( % )
|
|
L
|
P
|
||||
1
|
0 – 4
|
26
|
30
|
56
|
8,86 %
|
2
|
5 – 9
|
35
|
29
|
64
|
10,12 %
|
3
|
10 – 14
|
41
|
36
|
77
|
12,18 %
|
4
|
15 – 19
|
36
|
32
|
68
|
10,76 %
|
5
|
20 – 24
|
26
|
28
|
54
|
8,54 %
|
6
|
25 – 29
|
28
|
22
|
50
|
7,91 %
|
7
|
30 – 34
|
14
|
20
|
34
|
5,38 %
|
8
|
35 – 39
|
21
|
24
|
45
|
7,12 %
|
9
|
40 – 44
|
24
|
20
|
44
|
6,97 %
|
10
|
45 – 49
|
20
|
20
|
40
|
6,32 %
|
11
|
50 – 54
|
13
|
16
|
29
|
4,59 %
|
12
|
55 – 59
|
11
|
9
|
20
|
3,16 %
|
13
|
60 – 64
|
5
|
11
|
16
|
2,53 %
|
14
|
> 65
|
17
|
18
|
35
|
5,54 %
|
T o t a l
|
317
|
315
|
632
|
100 %
|
Data Penduduk Menurut Usia Dusun Galesong
Desa Lonjoboko
No
|
USIA
|
Jenis kelamin
|
Jumlah
|
Presentase
( % )
|
|
L
|
P
|
||||
1
|
0 – 4
|
30
|
22
|
52
|
8.65 %
|
2
|
5 – 9
|
29
|
33
|
62
|
10.31 %
|
3
|
10 – 14
|
33
|
24
|
57
|
9.48 %
|
4
|
15 – 19
|
26
|
24
|
50
|
8.31 %
|
5
|
20 – 24
|
25
|
38
|
63
|
10.48 %
|
6
|
25 – 29
|
21
|
37
|
58
|
9.65 %
|
7
|
30 – 34
|
19
|
19
|
38
|
6.32 %
|
8
|
35 – 39
|
22
|
28
|
50
|
8.31 %
|
9
|
40 – 44
|
23
|
21
|
44
|
7.32 %
|
10
|
45 – 49
|
9
|
17
|
26
|
4.32 %
|
11
|
50 – 54
|
16
|
15
|
31
|
5.15 %
|
12
|
55 – 59
|
14
|
13
|
27
|
4.49 %
|
13
|
60 – 64
|
2
|
6
|
8
|
1.33 %
|
14
|
> 65
|
19
|
16
|
35
|
5.82 %
|
T o t a l
|
288
|
601
|
100 %
|
Tabel
5.3.
Data
Penduduk Menurut Usia Dusun Kamp. Beru Desa Lonjoboko
No
|
USIA
|
Jenis kelamin
|
Jumlah
|
Presentase
( % )
|
|
L
|
P
|
||||
1
|
0 – 4
|
25
|
20
|
45
|
8.15
|
2
|
5 – 9
|
30
|
26
|
56
|
10.14
|
3
|
10 – 14
|
30
|
27
|
57
|
10.32
|
4
|
15 – 19
|
28
|
19
|
47
|
8.51
|
5
|
20 – 24
|
27
|
24
|
51
|
9.23
|
6
|
25 – 29
|
21
|
24
|
45
|
8.15
|
7
|
30 – 34
|
24
|
28
|
52
|
9.42
|
8
|
35 – 39
|
22
|
24
|
46
|
8.33
|
9
|
40 – 44
|
24
|
17
|
41
|
7.42
|
10
|
45 – 49
|
16
|
14
|
30
|
5.43
|
11
|
50 – 54
|
15
|
16
|
31
|
5.61
|
12
|
55 – 59
|
12
|
9
|
21
|
3.80
|
13
|
60 – 64
|
8
|
4
|
12
|
2.17
|
14
|
> 65
|
7
|
11
|
18
|
3.26
|
T o t a l
|
289
|
263
|
552
|
100 %
|
Data Penduduk Menurut Usia Dusun Tombongi
Desa Lonjoboko
No
|
USIA
|
Jenis kelamin
|
Jumlah
|
Presentase
( % )
|
|
L
|
P
|
||||
1
|
0 – 4
|
33
|
37
|
70
|
9.33 %
|
2
|
5 – 9
|
37
|
40
|
77
|
10.26 %
|
3
|
10 – 14
|
45
|
37
|
82
|
10.93 %
|
4
|
15 – 19
|
24
|
42
|
66
|
8.8 %
|
5
|
20 – 24
|
32
|
30
|
62
|
8.26 %
|
6
|
25 – 29
|
32
|
43
|
75
|
10 %
|
7
|
30 – 34
|
29
|
35
|
64
|
8.53 %
|
8
|
35 – 39
|
32
|
34
|
66
|
8.8 %
|
9
|
40 – 44
|
17
|
22
|
39
|
5.2 %
|
10
|
45 – 49
|
16
|
16
|
32
|
4.26 %
|
11
|
50 – 54
|
16
|
19
|
35
|
4.66 %
|
12
|
55 – 59
|
18
|
13
|
31
|
4.13 %
|
13
|
60 – 64
|
7
|
10
|
17
|
2.26 %
|
14
|
> 65
|
22
|
12
|
34
|
4.53 %
|
T o t a l
|
360
|
390
|
750
|
100
|
5. Tingkat kemiskinan
Desa
Lonjoboko banyak faktor penyebab dari sudut pandang ekonomi, kondisi
ekonomi masyarakat yang mempunyai keterbatasan modal, sarana – prasarana dalam
menjalankan profesinya sebagai petani . Untuk faktor pertanian, umumnya disebabkan
karena rendahnya modal sumber daya manusia, sumber daya alam, keuangan,
infrastruktur dan sosial. Modal sumber daya manusia meliputi keterampilan, ilmu
pengetahuan, kemampuan untuk bekerja keras dan kesehatan. Modal sumber daya
akan mencakup tingkat kepemilikan dan kesuburan tanah serta sumber daya alam
lainnya. Modal keuangan berkaitan dengan kesulitan memperoleh bantuan dana dari
lembaga- lembaga keuangan. Modal infrastruktur terutam menyangkut keterbatasan
penyediaan fisik, seperti : jaringan irigasi, serta sarana-prasarana lainnya
yang memakai untuk memasarkan hasil-hasil produksi pertanian. Isu gender yang
termasuk dalam kategori ini, umumnya perempuan memiliki persepsi yang lebih
beragam mengenai definisi kemiskinan dibandingkan laki-laki. Persepsi perempuan
mengenai kemiskinan tidak hanya berkaitan dengan akses terhadap pendapatan,
kepemilikan aset, kualitas pendidikan dan kesehatan, pangan serta peluang dan
kesempatan tetapi juga meliputi aspek-aspek kehidupan keluarga, seperti
kehormatan, rumah tangga, rasa aman, gaya hidup dan komunikasi sosial.
Kemiskinan yang dialami oleh masyarakat Desa Lonjoboko pada umunya ditandai
dengan rendahnya akses terhadap sumber daya. Padahal akses tersebut merupakan
peluang untuk menggunakan sarana–prasarana dalam melakukan proses produksi.
Keterbatasan akses tersebut mencakup akses terhadap penggunaan teknologi,
informasi, kredit, pelayanan kesehatan,sumber energi dan telekomunikasi.
Faktor
– faktor penyebab kemiskinan antara lain :
1. Terbatasnya Kesempatan Kerja dan Berusaha.
Kesempatan kerja di sektor modern kurang disebabkan karena Sumber Daya yang
dimiliki terbatas .
2. Terbatasnya Akses Terhadap Faktor Produksi
Keterbatasan akses terhadap modal usaha yang di sebabkan oleh berbagai factor
sbb :
a. Aset lahan pertanian berkurang akibat
terkikis air sungai Jeneberang pasca longsoran Gunung Bawakaraeng
b. Rendahnya tingkat pendidikan dan
keterampilan.
c. Kelemahan dan kepedulian untuk memperkuat
institusi/ lembaga yang ada di Desa Lonjoboko.
3. Rendahnya Kepemilikan
Aset Keterbatasan kepemilikan aset ini akan menyebabkan
terbatasnya kesempatan bagi masyarakat miskin untuk dapat melakukan kegiatan
usaha atrau produksi. Menurut hasil suspenas tahun 2002 menunjuikkan bahwa
jenis aset yang umumnya dimiliki masyarakat miskin hanya berupa sebidang tanah.
Sehingga mata pencaharian tetap mereka hanya sebagai petani .
4. Tingkat kemiskinan Desa Lonjoboko Jumlah usia
produktif lebih banyak dibanding dengan usia anak-anak dan lansia. Perbandingan
usia anak-anak, produktif, dan lansia adalah sebagai berikut: 21% : 61% : 18%.
Dari 2008 jumlah penduduk yang berada pada kategori usia produktif laki-laki
dan perempuan jumlahnya hampir sama / seimbang.
Untuk
Desa Lonjoboko Jumlah KK Sedang mendominasi yaitu 29,2 % dari total
KK, KK sejahtera 1 = 24 %, KK Pra Sejahtera = 17,9 % KK
Sejahtera 2 = 16,3 %. dan KK Sejahtera 12,5 %. Dengan
banyaknya KK prasejahtera inilah maka Desa Lonjoboko termasuk dalam
Desa yang mau membangun dengan memanfaatkan aset yang dimiliki Desa.
6. Tingkat Pendidikan Masyarakat
Kesadaran
tentang pentingnya pendidikan terutama pendidikan 9 tahun baru terjadi beberapa
tahun ini sehingga jumlah lulusan SD dan SLTP mendominasi peringkat Pertama,
yang antara lain dutunjang dengan adanya Program Pendidikan Gratis yang di
galakkan Di Kabupaten Gowa sehingga masyarakat merasa enteng dalam mendorong
anak-anak usia didik untuk bersekolah di jenjang Sekolah Dasar dan Lanjutan.
Pendidikan
juga merupakan salah satu hal penting dalam memajukan tingkat kesejahteraan
pada umumnya dan tingkat perekonomian pada khususnya. Pada Kajian Alat
Peringkat Kesejahteraan Masyarakat , Pendidikan merupakan aspek ketiga yang
menjadi indicator dalam penggolongan masyarakat sejahtera dan pra sejahtera.
Disamping itu Dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka akan mendongkrak
tingkat kecakapan. Tingkat kecakapan juga akan mendorong tumbuhnya keterampilan
kewirausahaan dan pada gilirannya akan mendorong munculnya lapangan pekerjaan
baru. Dengan demikian akan membantu program pemerintah untuk pembukaan lapangan
kerja baru guna mengatasi pengangguran. Pendidikan biasanya mempermudah
menerima informasi yang lebih maju.
Tingkat
Pendidikan masyarakat Desa Lonjoboko hingga
awal 2015 adalah :
TABEL
TINGKAT
PENDIDIKAN
Pra Sekolah
|
SD
|
SMP
|
SLTA
|
Sarjana
|
-
|
837
|
250
|
238
|
25
|
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana usaha kelompok tani dan ternak
dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat desa lonjoboko kecamatan parangloe
kabupaten gowa?
2. Apa yang menjadi faktor pendukung dan
penghambat peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa Lonjoboko Kecamatan
Parangloe Kabupaten Gowa?
C. Tujuan Penulisan
1. Dapat mengetahui bagaimana usaha
kelompok tani dan ternak dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat desa
lonjoboko kecamatan parangloe kabupaten gowa
3. Dapat mengetahui faktor pendukung dan
penghambat peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa Lonjoboko Kecamatan
Parangloe Kabupaten Gowa
Baca Juga :
BAB II
PEMBAHASAN
A. Usaha Kelompok Tani Dan Ternak Dalam
Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Desa Lonjoboko Kecamatan Parangloe
Kabupaten Gowa
Kesejahteraan
masyarakat Desa Lonjoboko berdasarkan harta benda dan tingkat pendapatannya
tentunya sudah termasuk kategori sejahtera, hal ini sesuai dengan penuturan
dari beberapa warga masyarakat yang ada di Desa Lonjoboko yang menjadi informan
dalam penelitian, salah satunya menurut H. Mustafa sebagai Ketua kelompok tani
Di Desa Lonjoboko mengatakan “Bahwa masyarakat Desa lonjoboko memiliki 5
kelompok tani yang terdiri dari 4 Dusun. Selama kurang lebih satu tahun
GAPOKTAN mengeluarkan anggaran sekitar 50 Juta Rupiah dari 206 pengguna untuk
melayani perbaikan, pembelian pupuk dan usaha-usaha lainnya, dalam meningkatkan
kelompok usaha tani tersebut. Kelompok yang ada sudah mencapai peningkatan
pendapatan masyarakat selama adanya kelompok tersebut.
Dari
wawancara yang disampaikan oleh ibu astina bahwa sebagai sekertaris desa dengan
adanya kelompok masyarakat sangat antusias dan mengalami perubahan-perubahan
baik dari sisi ekonomi maupun sosialnya. Oleh karena itu sekarang sudah biasa
disaksikan bahwa sudah mengalami perubahan dibanding dengan sebelum dibentuknya
kelompok tani maupun ternak tersebut. Di mengatakan “ untuk sekarang mata
pencaharian masyarakat itu adalah petani, buruh tambang, dan mayoritas mata
pecaharian masyarakat itu kelompok tani hutan dan kelompok tani ternak yang
dimana dikelola dengan sangat baik oleh masyarakat setempat”.
Karena
dengan adanya kelompok tani sebagai kelompok belajar, yaitu wadah
mengajar bagi anggotanya guna meningkatkan pengetahuan,keterampilan dan sikap
serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani sehingga
produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan menjadi
lebih sejahtera. Kelompok tani sebagai unit produksi usaha tani yang
dilaksanakan secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu-kesatuan usaha
yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dari segi kuantitas
maupun kualitas.
Dengan
saling mengenal, akrab dan saling percaya antar sesama anggota, mempunyai
pandangan dan kepentingan yang sama dalam berusaha tani serta memiliki kesamaan
dalam tradisi atau pemukiman, hamparan usaha, jenis usaha, status ekonomi atau
sosial, bahasa, pendidikan dan juga terdapat pembagian tugas dan tanggung jawab
sesama anggota berdasarkan kesepakatan bersama.
Di
Desa Lonjoboko permasalahan secara umum dijabarkan sebagai berikut :
Ø Bidang Pertanian
1. Saluran irigasi yang belum tertata dengan
baik
2. Perkumpulan petani belum berjalan dengan baik
3. Masih dijumpai perselisihan antar petani
mengenai air terutama pada musim kemarau.
Ø Bidang Partisipasi Masyarakat
1. Partisipasi masyarakat dalam pertemuan masih
kurang
2. Kegiatan Gotong royong yang masih pilah pilih
3. Masih rendahnya tingkat kesadaran masyarakat
dalam kegiatan social
Yang
masih perlu di tingkatkan :
1. Pertanian
ü Peningkatan pendapatan melalui peningkatan
hasil produksi dengan pemanfaatan saprodi ( sarana produksi yaitu bahan yang
sangat menentukan di dalam budidaya tanaman ) secara memadai.
ü Peningkatan Kesejahteraan Petani dengan
penjualan hasil produksi yang meningkat.
1. Saluran irigasi di Bolonga kekurangan air
2. Persawahan di Aloe Dusun Bonto Manai kekeringan 500 M
3. Persawahan di Boko Bili Dusun Benteng rajaya kekurangan
air 2000 M
4. Lambat dan menurunya proses hasil pertanian ( padi )
5. Persawahan di batu’ Bulua kekeringan pada musim kemarau
6. Tidak adanya sanggar tani untuk pertemuan kelompok tani
7. Terbatasnya bibit padi dan jagung
8. Kurangnya SDM petani dalam usaha peningkatan hasil
pertanian
|
Kekurangan
Sektor Pertanian Dan Sektor Peternakan Dalam Bidang Ekonomi Di Desa Lonjoboko
|
Sektor
Peternakan
1. Unggas di Desa Bilalang sering terjangkit penyakit
2. Tenaga Medis kesehatan hewan di Desa Bilalag
3. Terbatasnya ketersediaan bibit sapi
|
B. Faktor Pendukung Dan Penghambat Peningkatan
Kesejahteraan Masyarakat Desa Lonjoboko Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa
Faktor
pendukung dan penghambat kelompok tani dan ternak dalam peningkatan
kesejahteraan desa lonjoboko kecamatan parangloe kabupaten gowa yaitu :
Peningkatan Kesejahteraan Desa Lonjoboko
|
Faktor Pendukung
1. Adanya konstribusi pemerintah setempat dalam
mengapresiasi dalam meningkatkan usaha-usaha yang dilakukan oleh kelompok
tani dan ternak tersebut.
2. Terjalinnya kerja sama yang lebih akrab dan saling
membantu dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan peningkatan hasil tani maupun
ternak dalam setiap kelompok.
|
Faktor
Penghambat
a. Susah dalam mengumpulkan anggota kelompok tani padi
dalam musyawarah atau mengadakan pertemuan.
b. Masih kurangnya fasilitas yang memadai yang dapat
mendukung jalannya kegiatan pertanian maupun peternakan.
|
Faktor Penghambat
1. Susah dalam mengumpulkan anggota kelompok
tani padi dalam musyawarah atau mengadakan pertemuan.
Di
desa lanjoboko salah satu faktor penghambat yaitu pengumpulan anggota kelompok
tani maupun ternak karena dengan kesibukan masing – masing anggota baik itu urusan
keluarga maupun urusan lainnya itulah salah satu alasan umum sehingga dalam
permusyawaratan atau pengadaan pertemuan kurangnya anggota kelompok yang hadir.
2. Masih kurangnya fasilitas yang memadai yang
dapat mendukung jalannya kegiatan pertanian maupun ternak.
Salah
satu faktor lain yaitu fasilitas yang kurang memadai, dengan usaha di setiap
anggota kelompok yang ada di desa pasti membutuhkan fasilitas yang dapat
mendukung jalannya kegiatan kelompok tani maupun kelompok ternak itulah salah
satu faktor penghambat dalam meningkatkan kesejahtraan masyarakat di desa
lanjoboko kecamatan parangloe kabupaten gowa.
Faktor
Pendukung
1. Adanya konstribusi pemerintah setempat dalam
mengapresiasi dalam meningkatkan usaha-usaha yang dilakukan oleh kelompok tani
dan ternak tersebut.
Dengan
adanya kelompok tani dan ternak yang terbangun di desa lonjoboko
yang di dalamnya terdapat anggota masyarakat yang secara baik dalam membangun
serta aktif dalam berbagai aktifitas atau kegiatan yang ada, walaupun tidak semua
anggota yang secara aktif dalam menjalankan berbagai kegiatan, dan di dukung
dengan adanya kontribusi pemerintah setempat dalam mengapresiasi dalam
meningkatkan usaha-usaha yang dilakukan oleh kelompok tani dan ternak tersebut.
Dengan itu dapat menumbuhkan semangat yang lebih tinggi bagi anggota kelompok
masyarakat tani maupun ternak untuk lebih berpartisipasi dan menumbuhkan
kesadaran dan antusias lebih dalam meningkatkan kesejahtraan masyarakat.
2. Terjalinnya kerja sama yang lebih akrab dan
saling membantu dalam memenuhi kebutuhan - kebutuhan peningkatan hasil tani dan
ternak dalam setiap kelompok.
Dengan
adanya kelompok tani dan ternak pasti membutuhkan kerja sama yang baik dalam
setiap kelompok dalam menjalankan berbagai kegiatan dengan terciptanya saling
membantu dalam memenuhi kebutuhan - kebutuhan peningkatan hasil tani dan ternak
dalam setiap kelompok yang ada.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Meskipun masih terdapat hambatan-hambatan kecil dalam membangun dan
mengarahkan partisipasi masyarakat Desa Lonjoboko, namun secara keseluruhan
dapat dikatakan bahwa tingkat partisipasi masyarakat desa tersebut telah cukup
memadai dalam rangka pelaksanaan pemberdayaan masyarakat di desa.
B. Saran
Diharapkan kepada masyarakat Desa Lonjoboko
khususnya masyarakat tani dan ternak agar senantiasa mendukung dengan
memberikan respon yang positif pada setiap kegiatan. Dan bukan hanya itu
masyarakat tentunya harus mendukung setiap organisasi yang membawa kearah
kesejahteraan bersama, serta dapat meningkatkan kualitas kerjanya dalam setiap
kelompok.
LAMPIRAN
Semoga bermanfaat
No comments:
Post a Comment